SUKU KATA DALAM SASTRA BUDAYA MAKASSAR

 

Dalam bahasa Makassar, umumnya kata yang digunakan memiliki dua suku kata, walaupun ada juga beberapa kata yang bersuku kata satu, bersuku kata tiga, bersuku kata empat, hingga bersuku kata lima.

 

Adapun contoh yang bersuku kata satu yaitu pada kata “pak” yang berarti “pahat”. Contoh dalam kalimat adalah “kontui pak na palu palu” yang berarti “seperti pahat dengan palu-palu”. Contoh lain yaitu pada kata “uk” yang berarti “rambut’. Adapun contoh dalam kalimat adalah sebagai berikut, “lakbumi ukna” yang berarti  “rambutnya sudah panjang”.

 

Adapun contoh yang bersuku kata dua tekanannya jatuh pada suku kedua dari belakang, yaitu pada kata “niak” yang berarti “ada”. Contoh kalimatnya adalah, “niak jama-jamanna” yang berarti “ada pekerjannya”. Contoh lain adalah kata “pepek” yang berarti ‘api”. Contoh dalam kalimat adalah, “pepek kutuik” yang berarti “api yang kutiup”. Apabila kata yang bersuku dua ini diikuti fonem “i”, maka ada dua kemungkinan tekanan yang membawa arti, misalnya jika “i” sebagai kata tugas, maka tekanan kata yang mendahuluinya jatuh pada suku kata kedua dari belakang. Jika “i” jatuh sebagai akhiran, maka tekanan kata tersebut jatuh pada suku pertama dari belakang kata dasarnya atau pada suku kedua dari belakang dalam rangkaian dengan “i”.

 

Contohnya pada kata “allei” yang berarti “ambil”. “Allei” bisa berarti “ambil itu” atau “ambil dia” yang merupakan kata perintah. “Allei” bisa juga diartikan sebagai “leraikan” dan tetap merupakan kata perintah. Contoh lain seperti pada kata “alloi” yang bisa berarti “siang hari” yang berarti kata pemberitahuan dan bisa diartikan “jemur” yang berarti kata perintah.

 

Kata yang bersuku tiga tekanannya ada yang jatuh pada suku kedua dari belakang dan ada juga pada suku ketiga dari belakang. Contohnya pada kata “kalumeng” yang berarti “layu”. Contoh dalam kalimat, “kalumengi bunga-bungaku” yang berarti “layu bunga-bunga saya”. Seperti juga pada kata “baine” yang berarti “perempuan”. Contohnya pada kalimat, “baine anakna” yang berarti “perempuan anaknya”. Dalam kasus ini dikecualikan pada kata “araba” yang berarti “rabu” yang tekanannya jatuh pada suku pertama dari belakang.

 

Yang bersuku empat tekanannya ada yang jatuh pada suku kedua dari belakang dan ada pula pada suku ketiga dari belakang. Contohnya pada kata “balampoak” yang berarti “burung elang” dengan contoh pada kalimat “balampoak anynyentok anak jangang” yang berarti “burung elang menyambar anak ayam”. Contoh lain adalah pada kata “kalotorok” yang berarti “kering” dengan contoh kalimat “kalotorokmi lipakku” yang berarti “sudah kering pakaian saya”.

 

Yang bersuku lima jumlahnya hanya sedikit dengan tekanannya jatuh pada suku ketiga dari belakang. Contohnya pada kata “kaluaterek” yang berarti “kepompong” dengan contoh kalimat “niak kaluaterek ilalang ri batang kalukua” yang berarti “ada kepompong di dalam batang kelapa”. Ada juga pada kata “galimbuarak” yang berarti “hambur” dengan contoh kalimat “takgalimbuaraki anak jukukku” yang berarti “berhamburan kesana kemari anak ikan saya”.

 

Makassar, 23 September 2020

 



Comments