BAHASA MAKASSAR DAN DIALEK MAKASSAR


Penekanan tentang perbedaan bahasa Makassar dan dialek Makassar tentu harus disampaikan terutama kepada mereka yang tinggal di luar daerah provinsi Sulawesi Selatan. Pengalaman berkunjung ke berbagai daerah di luar Sulawesi Selatan seperti di Jakarta, maupun daerah lainnya semisal di pulau Jawa dan Sumatera banyak yang belum mengetahui dengan jelas, mana yang disebut dengan bahasa Makassar dan mana yang disebut dengan dialek Makassar. Tambahan kata yang sering digunakan seperti -mi, -ki, -pi, umunya dipahami sebagai bahasa Makassar. Padahal ini hanyalah merupakan sebuah dialek lokal saja. Dialek yang dapat dipahami sebagai gaya bahasa, tentu memiliki ciri khas masing-masing di setiap daerah termasuk di kota Makassar dan sekitarnya. Lucu saja ketika ada teman yang menganggap bahwa tambahan kata tersebut berarti sudah menggunakan bahasa Makassar. Saya tekankan bahwa itu hanyalah dialek saja dan bukan bahasa Makassar. Itu masih bisa saya katakan bahasa Indonesia yang berdialek Makassar. Artinya orang masih menggunakan bahasa Indonesia tetapi dengan gaya bahasa yang mendapat pengaruh bahasa Makassar.

Secara umum, ada banyak dialek Makassar yang sangat lazim digunakan oleh penduduk kota Makassar dan sekitarnya. Selain –mi(-mo), -ki(-ko), -pi(-pa), masih banyak dialek yang umum digunakan seperti -nu(-ta), -ji, -pade-(pale), -paeng, -poeng, -ka, -ja, -na, -di, -seng, -bela, -tong, dan lainnya. Dialek ini bisa bermakna lebih dari satu pengertian tergantung kalimat yang digunakan. Contoh penggunaannya:

-nu(-ta)            : Buku(nu/ta) yang berarti buku kamu/anda
-ji                     : Baik-baik(ji) yang berarti baik-baik saja
                        : Dia(ji) yang ada di rumah yang berarti hanya dia yang ada di rumah
-pade (-pale)    : Saya (pade) yang pergi berarti saya saja yang pergi
-paeng             : Oke (paeng) yang berarti ok lah
-poeng             : Dia (poeng) yang datang yang berarti ternyata dia yang datang
-ka                   : Mau(ka) pergi yang berarti saya mau pergi
-ja                    : Tidak mau(ja) yang berarti saya tidak mau
-na                   : Saya saja (na) yang berarti biar saya saja
-di                    : Rumahmu disana (di) yang berarti rumahmu disana kan
                        : Iya (di) yang berarti iya kan
-seng                : Saya(mi) (seng) yang berarti saya lagi
-bela                : Dia (bela) yang pergi yang berarti ternyata dia yang pergi
-tong                : Apa (tong) kau yang berarti kamu itu apa

Dialek yang saya maksud disini adalah gaya bahasa yang ketika dia berdiri sendiri tidak memiliki arti. Kata -nu(-ta), -ji, -pade-(pale), -paeng, -poeng, -ka, -ja, -na, -di, -seng, -bela, -tong, tidak akan memiliki arti sampai dilekatkan pada kalimat atau kata tertentu. Contoh penggunaan dialek ini memang beragam. Di kalimat satu bisa bermakna lain dan ketika dia berada di kalimat lainnya maka artinya lain lagi. Di daerah lain yang didiami suku Makassar tetapi berada jauh dari kota makassar juga memiliki dialek tertentu. Misalnya di daerah Bulukumba, Sinjai dan sebagian daerah Turatea umumnya juga menggunakan kata -loh dan -do. Tetapi itu masih dalam keanekaragaman dialek Makassar.

Beda halnya dengan beberapa dialek yang berkembang di Makassar tetapi sebetulnya bukan dialek orang Makassar. Seperti –le dan –bah yang berasal dari Luwu dan Toraja. Ada juga –je yang berasal dari daerah Ajatappareng seperti Barru, Pare-Pare, Sidrap, dan Pinrang. Berkembangnya dialek ini merupakan konsekuensi logis dari kota Makassar yang menjadi pusat kegiatan di provinsi Sulawesi Selatan. Jadi ada para perantau yang akhirnya menetap di kota Makassar dengan tetap menggunakan dialeg lokalnya. Saya pikir itu tidak jadi masalah, ini hanya pemberitahuan sehingga ada orisinilitas dialek Makassar yang tidak bercampur dengan dialek lainnya.

Kemudian di sisi lain, ada juga bahasa Makassar yang telah menjadi bahasa sehari-hari dan dipahami secara luas. Bahasa ini ada yang masih orisinil digunakan dan ada juga yang sudah menyesuaikan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Makassar yang masih orisinil tetapi dipahami secara luas seperti kata bedeng (kadang disingkat beng), tawwa, dan lainnya. Penggunaannya dalam kalimat seperti :

Bedeng            : Dia bedeng yang pergi yang berarti katanya sih dia yang pergi
Tawwa             : Tawwa, bagusnya bajunya yang berarti baju kamu bagus

Sementara bahasa Makassar yang sudah menjadi penggunaan sehari-hari tetapi diadopsi dengan mengubahnya seperti pada kata “Mangkasara” berarti Makassar yang dilafalkan dengan kata “Makassar” dan kata “katte” berarti anda atau saya yang dilafalkan dengan kata “kita”. Kata “kita” memang menjadi semacam polemik bagi mereka yang baru berkunjung ke kota Makassar dan sekitarnya. Karena selain diartikan berarti jamak, kata ini bisa juga berarti anda dan saya. Sehingga untuk mengetahui maksud penggunaan kata kita harus dilihat pada konteks kalimatnya. Contoh kalimatnya seperti ini:

Kita                 : Kita saja yang pergi yang berarti anda saja yang pergi
                        : Kita lagi yang dimarahi yang berarti saya lagi yang dimarahi

Jadi untuk memahami perbedaan dialek Makassar dan bahasa Makassar dengan mengambil analogi bunga dan mawar. Semua mawar adalah jenis bunga tetapi tidak semua bunga adalah mawar. Sama dengan semua dialek Makassar itu berasal dari bahasa Makassar tetapi tidak semua bahasa Makassar menjadi dialek Makassar. Ini menjadi tugas kita bersama untuk menjelaskan kepada pihak luar tentang perbedaan bahasa Makassar dan dialek Makassar. Menggunakan dialek Makassar belum tentu dapat disebut berbahasa Makassar karena dialek hanyalah sebatas gaya bahasa dan tidak mewakili penggunaan bahasa. Sehingga ke depannya orang yang berasal dari luar Sulawesi Selatan sudah bisa memahami mana bahasa Makassar dan mana yang hanya merupakan dialek Makassar.



Comments

  1. Menurut pemahamam saya tentang dialek bahasa Mangkasara' itu adalah gaya bahasa yang digunakan oleh suku Makassar sesuai letak geografisnya.

    Misalnya bahasa Makassar dialek Lakiung adalah bahasa makassar yang digunakan oleh suku Makassar di daerang Gowa, Makassar, sebagian daerah Maros dan sebagian daerah Bone(kini).

    Kemudian ada dialek turatea yang digunakan oleh suku Makassar di daerah Takalar, Je'ne'ponto dan sekitarnya.

    Adapula dialek Konjo yang digunakan oleh masyarakat Bulukumba, Selayar dan Bantaeng. ...

    ReplyDelete

Post a Comment