Bagi kalangan yang berkecimpung atau paling tidak pernah bersentuhan dengan dunia filsafat, maka nama Mulla Shadra tentu tidak asing lagi. Dalam artikel kali ini kita akan mencoba melihat aliran filsafat Mulla Shadra itu apa. Tanpa diragukan lagi bahwa Mulla Shadra merupakan penggagas aliran baru dalam dunia filsafat yang sama sekali berbeda dengan dua aliran sebelumnya yaitu airan paripatetik dan aliran iluminasi. Hal ini bisa kita lihat dari bangunan filsafat Mulla Shadra yang dikenal dengan sebutan Al Hikmat Al Muta’aliyat yang menghimpun kedua aliran sebelumnya dan melakukan sintesa serta memparipurnakannya. Bahkan Abu Abdillah Zanjani menyebutkan :
“Mulla Shadra telah menghidupkan kembali dan memulai kehidupan baru dari timbunan tanah kematian aliran filsafat Ibnu Sina (karena serangan Al Ghazali, pengikut Asyari dan kaum Hanbali juga serbuan tentara-tentara Mongol dan Turki yang telah menghancurkan ilmu pengetahuan dan pemikiran). Langkah dan semangat tersebut kembali kepadanya (Mulla Shadra). Keagungan filsafat kembali bergema dengan hadirnya filosof besar pasca Ibnu Sina yang harapan berada di pundaknya dan sampai sekarang menjadi guru besar dan terhitung sebagai pendiri aliran baru dalam filsafat.”
Di dalam bangunan filsafat Al Hikmat Al Muta’aliyat ala Mulla Shadra secara jelas tergambar aliran-aliran pemikiran sebelumnya seperti filsafat dan teologi tetapi sama sekali ia tidak terjebak sebagaimana tuduhan beberapa orang bahwa yang dilakukannya hanya menggabungkan filsafat aliran paripatetik dan iluminasi dengan menambahkan sedikir guna penyempurnaan. Sebenarnya yang dilaukan Mulla Shadra bukanlah penggabungkan kedua aliran filsafat itu melainkan adalah harmonisasi semua elemen tersebut sehingga membentuk warna baru yang masing-masing kesatuan saling terkait dan mendukung satu dengan lainnya. Ia berujar seperti ini:
“Telah tergabung padanya ilmu-ilmu ketuhanan (teologi) pada filsafat analitis serta telah aku lapisi hakikat-hakikat penyaksian dengan penjelasan-penjelasan yang dapat dipelajari.”
Dua aliran utama filsafat sebelum Mulla Shadra secara jelas saling beroposan satu sama lainnya. Paripatetik sebagai filsafat yang mendasari prinsipnya pada bentuk silogisme Aristotelian yang sangat rasional. Bahkan menurut Fayazdi bahwa Ibnu Sina tidak membicarakan sebuah persoalan yang terbukti secara rasioanal. Di hadapannya, Syuhrawardi dengan mazhab iluminasinya meyakini bahwa pengetahuan dan segala sesuatu yang terkait dengannya hanya bisa dicapai melalui proses syuhudi dan proses itu hanya bisa dicapai dengan upaya melakukan elaborasi ruhani.
Mulla Shadra kemudian memerkenalkan filsafat Hikmat Muta’aliyat yang jelas-jelas memunculkan sebuah warna baru diantara airan filsafat yang ada. Dalam pandangannya baik akal maupun syuhud keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam filsafat dan meyakini bahwa isyraqi tanpa argumentasi rasional tidaklah memiliki nilai apapun, begitupun sebaliknya. Melakukan suluk ruhani untuk mencapai makrifat dan pencerahan batin bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh semua manusia karena dibutuhkan seorang guru yang mampu membimbing untuk melewati tahap-tahap perjalanan ruhani tersebut. Tetapi tanpa makrifat dan pencerahan batin tidak mungkin seseorang akan dapat mencapai puncak kesempurnaan dirinya.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa bagi Mulla Shadra kebenaran mistis yang diperoleh berdasarkan perjalanan ruhani merupakan kebenaran intelektual itu sendiri dan pengalaman-pengalaman mistis yang diperoleh merupakan pengalaman kognitif yang dihasilakn dari proses berpikir. Hanya saja menurutnya yang dibutuhkan dalam upaya ilmiah yang dapat menjadi bukti logis untuk membuktikan hal tersebut. Kemudian Mulla Shadra menambahkan :
“Karena merupakan sebuah tradisi kaum sufi yang hanya menyandarkan pada dzawq dan penyaksian sebagaimana yang mereka tetapkan baginya. Sedangkan kami tidaklah bersandar kepada sesuatu yang tidak memiliki argumentasi tentangnya dan tidak juga kami ungkapkan pada kitab theosopi kami.”
Bahkan pada bagian lain secara tegas Mulla Shadra menetapkan pola filsafatnya yang berbeda dari pemikiran lainnya sekaligus kritikan terhadap para kaum sufi. Ia berujar bawah Al Hikmat Al Muta’aliyat bukanlah merupakan perdebatan teologis, bukan filsafat rasional semata dan bukan hasil khayalan-khayalan kaum sufi. Secara garis besar konsep filsafat Mulla Shadra seperti ini yang memang banyak mengutip dua aliran filsafat besar sebelumnya yaitu paripatetik dan iluminasi. Nanti di tulisan selanjutnya kita akan mencoba membahas lebih terperinci lagi konspe filsafat Mulla Shadra ini.
Panasakkang Maros, 27 Juli 2020
Comments
Post a Comment