Saya agak kaget melihat aparat menangkapi
beberapa orang yang disebut akan membuat kerusuhan dan penjarahan pada tanggal
18 April 2020 serentak di pulau Jawa yang dilakukan oleh kaum anarko dengan salah
satu bukti berupa buku yang menceritakan tentang tokoh Tan Malaka yang berjudul
“Aksi Massa”. Saya apresiasi tindakan aparat yang sigap menangkap para pelaku
yang disangka akan berbuat onar ini. Tetapi penangkapan ini jelas menadi tanda tanya
besar dimana korelasi antara anarkisme sebagai landasan paham kaum anarko dengan
sebuah buku tentang Tan Malaka yang dikenal juga sebagai bapak republik. Agar
lebih memahami apakah betul ada korelasi antara anarkisme dengan Tan Malaka, mari
kita awali pembahasan ini dari definisi anarkisme kemudian dikomparasikan dengan
pola gerakan apa yang digunakan oleh Tan Malaka dalam perjuangannya sehingga
apakah layak buku tentang dirinya dijadikan barang bukti kaum anarko sebagai tersangka
kerusuhan padahal ia sendiri dijuluki sebagai bapak republik.
Anarkisme berasal dari penggalan
kata anarki dan isme yang penganut ideologi ini disebut kaum anarko. Anarki merupakan
kata serapan dari bahasa Inggris yaitu “anarchy” yang berakar dari kata Yunani
yaitu “anarchos/anarchein”. Istilah ini sendiri merupakan gabungan dari kata “a”
yang berarti nihil/negasi dan “archos/archein” yang berarti pemerintahan atau
kekuasaan. Sehingga secara gampang anarkis berarti pemahaman yang menolak
adanya kekuasaan/pemerintahan. Dalam konteks Indonesia, mereka para kaum anarko
ini adalah sekelompok orang yang menghendaki pembubaran Indonesia dengan alasan
bahwa tidak ada seseorang atau sekelompok orang yang berhak mengatur orang
lain. Sehingga gerakan mereka memang identik dengan kekerasan dan kerusuhan
untuk mewujudkan tujuannya.
Sedangkan Tan Malaka sendiri adalah
seseorang yang diberi gelar bapak republik. Ia dijuluki sebagai bapak republik dikarenakan
ia menjadi orang pertama di nusantara yang mengonsep Indonesia sebagai negara dalam
bentuk republik, jauh sebelum generasi selanjutnya yang kelak menjadi pemimpin di
republik ini. Jika ia adalah orang yang pertama merancang republik ini, apakah
masuk akal dia juga yang menyerukan untuk membubarkan negara ini seperti paham
kaum anarko. Bahkan Bung Karno menjadikan buku-buku Tan Malaka sebagai bahan
bacannya. Jika presiden pertama republik ini saja menjadikan buku-buku Tan Malaka
sebagai bahan bacaannya, mengapa kita yang merupakan generasi jauh di belakangnya
yang mungkin tidak merasakan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan ini dengan
gegabah menjadikan buku tentang Tan Malaka sebagai buku yang terlarang.
Selanjutnya buku Tan Malaka
tentang aksi massa apakah memang berisi ajakan untuk menjarah dan membuat rusuh
di tengah keadaan susah sehingga menimbulkan kekacauan. Buku yang ditulis pada
tahun 1926 ini dibagi atas beberapa bagian yaitu Revolusi, Ikhtisar Tentang Riwayat
Indoensia, Beberapa Macam Imprealisme, Kapitalisme Indonesia, Keadaan Rakyat Indonesia,
Keadaan Sosial, Keadaan Politik, Revolusi Di Indonesia, Perkakas Revolusi Kita,
Sekilas Tentang Gerakan Kemerdekaan Di Indonesia, Federasi Republik Indonesia, dan
Khayalan Seorang Revolusioner. Di akhir buku ini Tan Malaka menjelaskan
rancangan program proletar di Indonesia.
Diawali dalam bidang politik
yaitu kemerdekaan Indoenesia dengan segera dan mutlak. Kemudian dalam bidang
ekonomi yaitu nasionalisasi sumber-sumber ekonomi seperti pabrik, tambang,
hutan, alat transportasi, bank, pembagian tanah kepada para petani yang tidak
bertanah dan penghaspusan sistem feodalisme. Selanjutnya di bidang sosial Tan Malaka
menginginkan adanya penetapan gaji dan jumlah kerja minimum yang sekarang telah
dijadikan aturan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
mengakui kemerdekaan agama yang sekarang juga telah dijadikan aturan dalam
bentuk Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat 2, dan memerangi penyakit menular
seperti yang kita hadapi sekarang.
Di bidang pengajaran Tan Malaka
memiliki keinginan mirip dengan sistem pendidikan di negara sosiais dengan
menggratiskan pendidikan hingga berumur 17 tahun, memperbaiki sistem
pengajaran, dan memperbanyak sekolah pertukangan (kejuruan), pertanian, dagang,
serta memperbaiki dan memperbanayak sekolah teknik tinggi dan pengurus tata
usaha (administrasi) yang kesemuanya telah dibangun oleh pemerintah. Artinya peran
Tan Malaka di dunia pendidikan Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Selanjutnya
di bidang militer Tan Malaka menghendaki agar dihapuskan tentara yang
imprealistis (agresor) dan menjalankan milisi raya untuk mempertahankan republik
indoneisa. Dan yang terakhir tentang polisi dan justisi (peradilan) yang
dikatakan Tan Malaka harus ada pemisahan antara pamong praja (satpol PP),
polisi, dan justisi (hakim dan jaksa) dan memberikan hak penuh kepada seseorang
untuk membela diirinya di depan pengadilan.
Dari penjelasan tentang anarkisme
dan gerakan Tan Malaka hingga intisari dari isi bukunya yaitu “Aksi Massa”,
apakah memang ada korelasi. Apakah mungkin ideologi tanpa negara seperti
anarkisme didasari oleh tulisan Tan Malaka yang justru dipersiapkan untuk
kemerdekaan Indonesia sekaligus mengisi kemerdekaannya dalam bentuk sistem negara
dan pemerintahan. Apakah penjelasan di buku Tan Malaka seperti kebebasan
beragama, hak untuk pendidikan, hak membela diri di depan pengadilan, hingga
nasionalisasi aset adalah ajaran yang menghendaki kekuasaan tanpa negara. Tan Malaka
adalah seorang tokoh besar yang tidak semestinya dikerdilkan jasanya dengan
mengkriminalisasi bukunya hanya karena ia anti kapitalisme seperti kaum
anarkisme. Banyak negara di dunia ini yang anti kapitalisme tetapi mereka tetap
mepertahankan sebuah negara dan bukan menghancurkannya. Kriminalisasi buku Tan Malaka
semakin memperlihatkan jika masyarakat kita ini miskin literasi, bukan hanya di
tingkat akar rumput tetapi di tingkatan atas sebagai pelaksana fungsi negara mereka
juga masih kurang membaca.
Comments
Post a Comment