Memasuki bulan Rabiul
Awal yang dipahami sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada beberapa
kalangan yang mengidentikkan peringatan hari kelahiran beliau SAW sebagai
peringatan yang bidah atau dalam hal lain disebut membuat perkara baru dalam
agama yang tidak memiliki dasar. Dan seperti yang kita ketahui, bidah adalah
hal yang dikecam sebagai perilaku menyimpang. Tetapi benarkah peringatan maulid
yang banyak dirayakan di nusantara adalah bidah seperti narasi yang dibangun
oleh beberapa kalangan.
Saya mulai dengan
menggunakan alasan mereka mengkategorikan maulid sebagai bidah. Bagi mereka
bidah adalah menambahkan hal baru yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW
dan para sahabatnya. Dan hal ini juga berlaku untuk maulid. Mari kita mengambil
definisi mereka sendiri untuk melihat apakah mereka konsisten dengan hal itu.
Yang pertama adalah
sarana dakwah. Mereka menggunakan sarana video dan tulisan di media sosial
maupun di internet untuk berdakwah. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah
apakah Nabi Muhammad SAW dan para sabahatnya pernah menggunakan media sosial
dan internet sebagai sarana dakwahnya. Jika pernah, itu terjadi di tahun berapa.
Dan jika tidak, mengapa justru mereka menggunakannya. Bukankah jika tidak
pernah dilakukan oleh Rasul SAW dan para sabahatnya adalah bidah. Dan jika
bidah seharusnya tidak dilakukan. Tetapi realitas yang terjadi justru sebaliknya.
Inilah inkonsistensi akut yang saya maksud. Narasi yang dibangun adalah
peringatan maulid itu bidah padahal mereka sendiri juga melakukan bidah dalam
versi lain.
Selanjutnya jika yang
menjadi alasan bahwa mereka hanya menggunakan sarananya tetapi tidak menghilangkan
esensi ibadahnya, hal yang sama juga berlaku di peringatan maulid. Harus
dipahami bahwa peringatan maulid memiliki esensi sebagai upaya kembali memahami
perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran islam.
Dan ingat juga bukankah
hari kelahiran Nabi itu adalah hari yang diberkahi seperti yang diabadikan
dalam Al Quran mengenai kelahiran Nabi Isa AS.
“Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan padaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal,
dan pada hari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam ayat 33)
Jika hari kelahiran
Nabi Isa AS saja diabadikan di dalam Al Quran sebagai hari yang diberkahi,
apalagi jika hari lahir itu adalah hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal
sebagai penutup para nabi, pastilah dipenuhi keberkahan. Dan jika hari
kelahiran beliau dipenuhi keberkahan, mengapa kita tidak bergembira di hari itu
dan bahkan cenderung mengecam yang memperingati hari kelahirannya.
Kemudian yang harus
dipahami juga bahwa maulid itu adalah salah satu bentuk kecintaan kita kepada
Nabi Muhammad SAW. Bukankah kita diperintahkan untuk mencintai beliau SAW. Di
dalam Al Quran, tidak ada spesifikasi khusus dijelaskan bagaimana bentuk
kecintaan itu. ada yang mencintai beliau SAW dengan banyak bershalawat. Ada
pula yang mendengarkan ceramah beliau SAW kemudian meneladaninya. Dan ada pula
yang merayakan hari kelahiranya. Apakah ada di dalam riwayat yang melarang
kepada kita untuk berbahagia di hari kelahiran beliau. Jika tidak ada, berarti
tidak ada seorangpun yang berhak melarangnya.
Alasan terakhir yang
mereka kemukakan bahwa perilau memperingati hari kelahiran adalah perilaku kaum
kafir. Dan mereka selalu menyodorkan hadist jika kita menyerupai suatu kaum
maka kita termasuk kaum tersebut. Dalam hal ini mencontohi peringatan hari
lahir. Mungkin mereka lupa bahwa kebanyakan hal yang mereka gunakan itu adalah
buatan kafir. Apakah youtube, facebook, whatsapp, twitter, dan berbagai
aplikasi sosial media lainnya adalah buatan muslim. Jika ingin konsisten,
tentunya jangan gunakan ini karena nanti akan menyerupai kaum tersebut.
Facebook dibuat oleh orang yahudi dan berarti ketika digunakan maka akan
menjadi yahudi. Apakah bisa konsisten?
Terakhir yang ingin
saya sampaikan, banyak penceramah yang mudah membidahkan tetapi sebenarnya
mereka ini justru tidak paham bahkan cenderung melakukannya jika kita ingin
konsisten menggunakan definisi bidah tadi. Ibaratnya penceramah ini melarang
kita kencing berdiri padahal dia sendiri kencing sambil joget. Dan tidak terasa
air kencingnya justru mengenai mukanya sendiri. Dan anehnya orang yang
melihatnya bahkan mengambil itu sebagai panutan.
Comments
Post a Comment