EWAKO ITU ISTILAH MAKASSAR DAENG


Teringat di sebuah postingan saya tentang atlet Indonesia yang meraih medali emas. Postingan itu berupa gambar atlet taekwondo Indonesia yang meraih medali emas pertama. Kemudian saya tambahkan tulisan di bawahnya kata “ewako”. Sontak ada salah satu teman yang komentari dengan berkomentar untuk tidak menggunakan kata ewako. Baginya kata ewako adalah kata yang identik dengan kosa kata bugis dengan alasan bahwa kata tersebut banyak pula digunakan oleh suku bugis. Untuk penyemangat, ia lebih memilih kata “rewako” ketimbang menggunakan kata ewako. Benarkah demikian bahwa kosa kata ewako adalah berasal dari bugis. Mari kita membahasnya dengan cermat.

Sebagai seseorang yang terlahir dari rahim suku Makassar, sedari awal kata ewako sudah sering digunakan dalam percakapan sehari-hari kami. Baik itu dengan orang tua maupun dengan keluarga yang mengerti bahasa Makassar. Kata ewako yang digunakan umumnya disandingkan dengan imbuhan. Misalnya pada kata “angngewa” yang berarti melawan. Kata lainnya yang menggunakan kata ewako terdapat pada kata “nuewaji” yang berarti kamu lawan. Contoh dua kata yang menggunakan kata dasar ewako ini menjelaskan bahwa kata tersebut adalah asli dari kosa kata Makassar. Sehingga anggapan bahwa kata itu dari kosa kata bugis adalah pendapat yang perlu ditinjau lagi. Saya juga pernah mendengar ada orang yang bernama “daeng ewa”. Paddaengang sekarang adalah tradisi yang identik dengan suku Makassar, sehingga sekali lagi menunjukkan jika kata ewako adalah kata yang ada di dalam kosa kata suku Makassar.

Jika alasan bahwa kata ewako digunakan suku bugis, tidak berarti bahwa kosa kata suku Makassar tidak bisa menggunakannya juga. Kita harus melihat lebih dalam lagi bahwa banyak kosa kata yang identik di kedua suku ini seperti kata “kappara” yang berarti “baki”, “ase” yang berarti “padi”, “baine” berarti “istri”, “bulu” berarti “gunung”, “bombang” yang berarti “ombak”, “bosi” yang berarti “hujan”, dan masih banyak lagi. Keidentikkan ini tidak serta merta membuat salah satu pihak berusaha untuk keluar dengan alasan orisinilitas. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa ada hubungan kebudayaan antara Makassar dan bugis. Hubungan ini yang mengakibatkan adanya beberapa kosa kata yang beririsan di kedua suku ini. Hal ini berbeda jauh dengan kosa kata bugis yang tidak memiliki irisan dan berusaha menghegemoni bahasa Makassar. Seperti kata “kareba”, “mappaccing”, “manu-manu” dan beberapa kosa kata lainnya yang begitu familiar digunakan oleh warga Makassar walaupun tidak memiliki akar kata dalam kosa kata bahasa makassar. Ini yang seharusnya dijelaskan ke anak cucu kita bahwa ini bukan bahasa Makassar karena tidak memiliki akar dalam kosa kata Makassar.

Jadi untuk bahasa yang memiliki irisan dengan bahasa bugis maupun bahasa suku lainnya tetapi tetap punya akar kata dalam bahasa Makassar, seharusnya tetap digunakan saja. Kita pasti tidak mau jika anak cucu kita kelak tidak lagi paham bahwa kata ewako adalah kata Makassar karena kita tidak mau mengakuinya dan lebih diakui oleh suku bugis. Dan hal ini tentu ironis bagi pelestarian budaya kita. Mungkin ada sebagian yang lebih suka menggunakan kata rewako ketimbang menggunakan kata ewako. Itu boleh-boleh saja karena memang kata rewa dan ewa bisa saling menggantikan tanpa harus menghilangkan satu dengan lainnya. Mungkin di suatu daerah lebih enak didengar jika menggunakan kata rewako yang berarti berani seperti di kabupaten Gowa. Tetapi di daerah lain terutama di kota Makassar, penggunaan kata ewako jauh lebih familiar. Apalagi itu menjadi semacam semoboyan klub PSM Makassar. Saya bangga dengan itu karena ewako yang berarti “lawan” adalah terminologi yang lebih tepat di era sekarang ini karena kesannya siap berkompetisi dengan siapapun juga dengan cara lawan.

Di paragraf terakhir ini saya ingin menyampaikan bahwa artikel ini masih membuka ruang-ruang diskusi untuk menemukan kebenarannya. Pendapat tentang kata ewako murni saya dapat dari percakapan keseharian dan pergaulan sehari-hari. Jika ada yang ingin menambahkan, memberikan kritik, hingga menyanggahnya, itu boleh-boleh saja. Selama ilmiah, datanya valid, dan tidak bersifat asumsi, maka hal ini sangat membantu demi kesempurnaan artikel ini dan pelestarian budaya Makassar.

Ewako…




Comments

  1. Ewako adalah kosa kata dalam bahasa bugis, dalam bahasa makassar dia berarti Rewako. Sama halnya kata makan dalam bahasa bugis adalah Manre, sedang bahasa makassar adalah Nganre. Sangat jelas perbedaanya meski sedikit ada kesamaan. Jika memang benar bahwa Ewako adalah kosa kata makassar mestinya ia sangat familiar diucapkan oleh orang2 suku makassar di luar kota makassar. Mengapa di luar kota makassar ? Karena kota makassar sudah menjadi kota multi etnis sehingga perbauran bahasa antar suku tak lg terhindarkan. Kami orang bugis tak pernah berusaha menghegemoni bahasa makassar seperti yg telah anda katakan, hanya sy rasa pemahaman orang2 d luar sulawesi yg sangat sulit membedakan bugis & makassar yg mengakibatkan adanya kekacauan dalam pengelompokan identitas kesukuan, sehingga bahasa bugis & makassar dikiranya sama. Terakhir, Bugis & Makassar adalah kelompok 2 suku yg berperan terhadap perjalanan sejarah Sulawesi Selatan. Kedua suku tentu memiliki kesamaan & perbedaan serta keunggulan masing2. Mari kita menjaga masing2 identitas kesukuan kita tanpa mencapur-adukkan antar suku yg satu dengan suku yg lainnya.

    ReplyDelete
  2. Menurut hemat saya kata Ewa dan Rewa adalah berakar dari kata yang sama. Misalnya dalam penggunaan dalam bahasa Makassar : Jari, langngewako ? Artinya : jadi kamu (mau) melawan ? Kata dasar Ewa.

    Dengan ; Rewana anjo taua, artinya 'beraninya orang itu'

    Jadi Rewa = Ewa = berani = (me)lawan

    Tabe'

    ReplyDelete

Post a Comment