JOKOWI MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI


Tanggal 13 Agustus 2018 Presiden Jokowi akhirnya tiba di Lombok untuk melihat langsung bagaimana situasi disana pasca gempa yang memporak-porandakan daerah tersebut. Gempa ini merupakan gempa susulan yang sebelumnya sudah terjadi beberapa waktu yang lalu. Baik gempa pertama maupun gempa terbaru ini, Jokowi selalu menyempatkan hadir. Ia selalu ingin berbaur dan mendengar langsung apa yang dibutuhkan oleh masyarakat korban gempa tersebut. Informasi yang diperoleh langsung dari korban gempa dengan informasi yang hanya didapatkan dari sumber sekunder tentu sangat berbeda. Sehingga langkah Jokowi yang mendatangi langsung daerah gempa tersebut adalah langkah nyata mewujudkan hadirnya pemerintah di tengah-tengah masyarakatnya.

Tentu apa yang dilakukan oleh Jokowi menuai pro dan kontra. Bagi yang kontra, langkah ini tidak lebih dari sebuah pencitraan apalagi baru-baru ini Jokowi mendaftar sebagai calon presiden di pilpres 2019 sehingga paling tidak langkah ini dilakukan untuk mengambil hati masyarakat. Selain itu menurut mereka jokowi seharusnya mengefektifkan para pembantunya seperti menteri dan jajarannya untuk lebih pro aktif berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat ketimbang ia yang turun langsung kesana. Jokowi di dalam hal ini harusnya lebih bersifat mengomandoi tanpa harus turun langsung ke lapangan karena pekerjaan ini lebih teknis. Banyak kalangan yang memuji langkah Jokowi ini karena dapat menyerap langsung aspirasi masyarakat. Langkah ini tentu berbeda jauh dengan para politikus pada umumnya yang melakukan pendekatan langsung ke masyarakat hanya dilakukan menjelang musim kampanye dan kontestasi politik. Sehingga apa yang dilakukan oleh Jokowi menjadi tren baru pemerintah untuk untuk mengetahui langsung situasi masyarakat yang ia pimpin.

Tidak hanya sampai pada poin bertemu dan bertatap muka langsung dengan masyarakat, Jokowi pun memberikan solusi yang bersifat teknis sehingga langsung dinikmati oleh masyarakat. Seperti bantuan senilai 25 juta rupiah s/d 50 juta rupiah per kepala keluarga (KK) yang diberikan kepada para korban gempa di Lombok untuk membangun rumah mereka. Ada keefektifan dan manfaat langsung yang sangat besar dirasakan oleh masyarakat disana. Walaupun kita ketahui Jokowi pada pilpres 2014 kemarin kalah telak di NTB, ia tidak menjadikan itu sebagai alasan untuk memperberat langkahnya ke Lombok. Jokowi seperti sudah selesai dengan dunia egonya. Ia tidak mempermasalahkan apa yang terjadi di masa lampau. Baginya ia adalah presiden untuk seluruh masyarakat Indonesia baik yang pro maupaun kontra terhadap dirinya. Dan hebatnya bukan hanya di Lombok yang ia perlakukan seperti ini, beberapa daerah lain seperti di Sumatera Barat maupun di Jawa Barat, Jokowi tetap melakukan pembangunan dan bahkan sangat masif.

Hingga gubernur Sumatera Barat pun mengakui mobilitas pembangunan yang dilakukan Jokowi di Indonesia termasuk di daerah-daerah yang sebenarnya persentase pendukung Jokowi tidak terlalu besar. Hal ini juga yang diakui oleh gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB). Walaupun pada pilpres 2014 kemarin ia merupakan pihak yang berseberangan dengan Jokowi, tetapi gencarnya pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi di seluruh Indonesia tidak terkecuali di NTB telah membuat TGB berubah pikiran dan mendukung Jokowi untuk menuntaskan pembangunan di periode kedua. Langkah TGB pun ini tidak salah karena Jokowi hadir betul di tengah-tengah masyarakat NTB terkhusus masyarakat Lombok yang terkena gempa.

Langkah jokowi ini mengingatkan kita dengan pendiri republik ini yaitu Bung Karno. Bagaimana Bung Karno rela berbaur dengan masyarakat kecil yang ia sebut dengan “Marhaen” tanpa takut wibawanya akan turun. Baginya kehadiran presiden di tengah masyarakatnya merupakan bentuk pengejewantahan dari sila kelima yaitu “keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia”. Pemerintah dalam hal ini presiden tidak akan dapat mewujudkan sila kelima ini jika ia tidak mengetahui langsung apa yang diinginkan oleh masyarakat. Sehingga langkah Bung Karno ini pun dicontoh oleh presiden Jokowi dan hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Jokowi bahkan jika ia tidak langsung terjun ke Papua, disparitas harga BBM maupun kebutuhan lainnya seperti semen tidak akan diketahuinya. Termasuk juga bagaimana lewat kunjungan langsungnya, daerah-daerah yang terisolir di Papua dibuka sehingga memunculkan konektivitas antar daerah yang selama ini tidak terjadi. Bagi Jokowi, konektivitas ini penting untuk menggerakkan roda perekonimian dan diharapakan memunculkan daerah-daerah potensial ekonomi baru. Apa yang dilakukan Jokowi baik di NTB, Sumatera Barat, Papua, maupun daerah lainnya di Indonesia dengan pendekatan yang berbeda dari presiden sebelumnya telah berhasil perlahan-lahan mewujudkan sila kelima ini.

Bagaimana di NTB presiden hadir di tengah-tengah masyarakat yang tertimpa musibah bahkan rela menginap di posko, paling tidak mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Bagaimana pula ia membangun Sumatera Barat yang kita tahu Jokowi kalah di sini sewaktu pilpres 2014 kemarin. Bagi Jokowi pembangunan harus dirasakan bukan hanya kepada mereka yang pro terhadap dirinya, tetapi harus pula dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia sehingga pengamalan sila kelima bukan hanya sekadar wacana tetapi telah terjewantahkan dalam kebijakan pemerintah. Jokowi juga telah berhasil membangun jalan trans papua yang dahulu sama sekali tidak menjadi prioritas pemerintah. Sehingga lewat gencarnya pembangunan di bumi cendrawasih ini memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosialdan ekonomi masyarakat disana.

Wajah anak-anak papua yang sudah tersenyum kembali dan merasakan bahwa mereka juga adalah bagian dari NKRI merupakan wujud dari kerja keras Jokowi. Pendekatan Jokowi kepada Papua dengan sepenuh hati telah mengubah sudut pandang sebagian besar masyarakat disana terhadap NKRI. Mereka tidak semasif dahulu lagi untuk menyuarakan kemerdekaan dari NKRI karena mereka sudah tidak lagi merasa sebagai anak tiri di republik ini, dan Jokowi berhasil mewujudkan itu.

Itulah potret bagaimana Jokowi mempimpin negara ini dengan sepenuh hati. Ia tidak mementingkan ego masa lalu seperti persoalan pilpres 2014 ataupun yang lainnya. Ia juga tidak berpikiran pragmatis dalam membangun negeri ini karena banginya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah segala-galanya. Di balik itu semua, Jokowi memang hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Tetapi paling tidak, apa yang telah dirintis dan dilakukannya untuk republik ini menjadi cerminan betapa ia sungguh-sungguh bekerja untuk bangsa dan negara. Sehingga sangat pantas untuk diberikan kesempatan melanjutkan pembangunan di periode kedua agar kontinuitas pembangunan dapat terjaga dan sila kelima dari pancasila dapat betul-betul terwujud untuk seluruh masyarakat Indonesia.




Comments