Masih
ingat betapa masivnya propaganda-propaganda yang disebarkan akan bahaya syiah
yang dikabarkan akan melakukan revolusi di Indonesia. Seperti yang disebutkan
oleh beberapa situs berikut ini. Menurut situs ini1,ada 5 fase
pergerakan syiah di Indonesia yaitu sebagai berikut.
Yang
pertama adalah masa
perintisan dan pemeliharaan. Akarnya dengan menempatkan para imigran, punya
tempat tinggal dan pekerjaan, membangun relasi dengan orang-orang kaya dan
petinggi-petinggi tokoh yang berpengaruh, dan mempersempit markas-markas orang
Sunni. Fase ini sudah berhasil di Indonesia. Yang kedua adalah fase penjajakan. Melakukan kamuflase
pada koridor hukum negara sebagai formalitas dan masuk ke dalam pemerintahan
itu sendiri. Fase ini sudah berhasil di Indonesia. Yang ketiga
adalah fase take
off. Ditandai dengan hubungan pemerintah dengan syiah terjalin erat dan sangat
baik. Fase ini juga sudah berhasil di Indonesia. Kemudian fase keempat adalah fase pemetik
buah. Tandanya yaitu akses ke ruang-ruang pemerintah yang sensitif, membeli
lahan, bisnis properti, menghasut rakyat sunni agar berbenturan dengan
pemerintah. Fase ini berhasil mereka lakukan di Indonesia. Dan yang
terakhir adalah fase
kematangan (puncak). Dengan ditandai kekacauan dan kemelut yang parah,
pemerintah hilang kekuatannya (instabilitas). Mereka akan menawarkan
pembentukan dewan nasional di bawah pengaruh mereka sendiri dengan mengajukan
diri untuk melakukan pemulihan stabilitas. Fase ini sedang berjalan.
Di
beberapa propaganda lainnya juga, ada situs yang memberitakan jika syiah akan memporak-porandakan
Indonesia seperti yang terjadi di Suriah2. Selain itu, syiah juga
dituduh akan melakukan makar seperti yang terjadi di Iraq, Suriah, Afganistan,
Libanon, Pakistan dan yang lainnya3. Benarkah memang sedemikian bahayanya syiah
di Indonesia sehingga wajib diwaspadai seperti yang disebutkan oleh para media
pembenci syiah. Mari kita bahas kegelisahan-kegelisahan yang selama ini
digembar-gemborkan tentang bahaya syiah.
Yang pertama adalah adanya isu yang menempatkan
jika syiah menempatkan para imigran, masuk ke Indonesia sehingga mereka punya
tempat tinggal dan pekerjaan. Menurut data imigrasi Indonesia4, WNA
yang paling banyak datang ke Indonesia adalah China sebanyak 969.525 orang. Kemudian
ada Singapura sebesar 699.344 orang, Australia 573.646 orang, Malaysia 560.737
orang, Jepang 241.177 orang, India 237.373 orang, Korea 188.646 orang, Inggris
168.366 orang, Amerika Serikat 162.684 orang, Taiwan 120.482, Jerman 111.487,
dan Perancis 109.152 orang. Dari data ini, tidak satupun negara tersebut adalah
mayoritas pemeluk syiah seperti Iran, Irak, maupun Bahrain. Jadi dapat
dipastikan bahwa ketakutan akan membludaknya imigran syiah adalah bohong
belaka.
Kemudian dengan isu bahwa syiah membangun relasi
dengan orang-orang kaya di negeri ini. Kita ambil saja salah satu contoh orang
kaya yang banyak memiliki pengaruh seperti Abu Rizal Bakrie (ARB). Lazim yang
kita ketahui bahwa ARB adalah pendukung salah satu calon presiden ketika diadakan
pilpres 2014 dan pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin. Gerbong ARB ini jelas adalah
gerbong yang mendukung Presiden dan Gubernur yang ternyata didukung oleh mereka
yang kontra dengan syiah. Kita tahu bagaimana pandangan Bachtiar Nasir dan
Arifin Ilham tentang syiah. Mereka berada di dalam satu gerbong dengan ARB. Jadi
jelas bahwa yang merapat dengan orang kaya bukanlah syiah tetapi mereka yang
ternyata kontra dengan syiah.
Syiah juga dituduh melakukan kamuflase pada
koridor hukum. Tuduhan seperti ini tidak lebih dari sebuah bualan belaka. Syiah
yang minoritas dan bahkan jumlahnya kalah banyak dengan kaum Protestan di
Indonesia dituduh melakukan kamuflase pada koridor hukum. Memang sudah seberapa
kuatkah syiah baik secara pengaruh maupun kuantitas untuk melakukan kamuflase
koridor hukum. Saya bahkan lebih mencermati dorongan sekelompok pemuja Rizieq
Shihab, Alfian Tanjung, dan Zulkfili Muhammad melakukan intervensi hukum dengan
menyebut penetapan tersangka sebagai kriminalisasi ulama. Kita tentu belum lupa
bagaimana Tajul Muluk seorang syiah yang menjalani hukuman karena dituduh
melakukan penistaan agama padahal dia adalah korban dari serangan kaum
ekstrimis terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan yang telah dijamin oleh
UUD 1945 pada Pasal 29 Ayat 2. Jangankan berkamuflase, kaum syiah bahkan tidak
punya kekuatan mengusut secara tuntas aktor intelektual di balik kerusuhan
Sampang dan justru Tajul Muluk yang harus mendekan di jeruji besi.
Syiah juga dituduh menyusun rencana jahat di
balik meningkatnya hubungan bilateral Indonesia dengan Iran sebagai negara
mayoritas syiah. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki prinsip
bebas aktif di dalam melakukan hubungan luar negeri. Tidak benar bahwa ada
rencana jahat di balik hubungan bilateral Iran terhadap Indonesia. Hubungan ini
adalah hubungan yang murni merupakan kepentingan kedua negara baik dari segi
ekonomi, energi, politik, maupun lainnya. Bahkan Indonesia dan Iran menjadi
garda terdepan dalam membela kaum muslimin di Palestina dan etnis Rohingnya.
Kemudian syiah dituduh menghasut rakyat sunni Indonesia
agar berbenturan dengan pemerintah dan ini berhasil mereka lakukan di Indonesia.
Pendapat seperti ini justru bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi. Tidak
ada satupun tokoh syiah baik yang berpengaruh seperti Jalaluddin Rakhmat dan Muhsin
Labib maupun tokoh-tokoh lainnya yang sering menyerang kebijakan-kebijakan
pemerintah. Bahkan sebaliknya, beberapa kalangan yang mengklaim dirinya sebagai
sunni terutama dari kalangan oposisi yang justru banyak melakukan itu. Sebut saja
para petinggi PKS seperti Tifatul Sembiring maupun Fahri Hamzah (yang telah
dipecat oleh PKS). Maupun dari mereka yang non partai seperti Rizieq Shihab,
Alfian Tanjung, Zulkfili Muhammad, Felix Siauw maupun Jonru Ginting. Bahkan mereka
inilah yang gemar membuat fintah dan berita bohong dengan tujuan nyata-nyata
menghasut masyarakat untuk berbenturan dengan pemerintah.
Syiah pun dituduh sebagai puncak dari gerakannya
di Indonesia, akan menyerukan untuk membuat dewan nasional setelah terjadi
instabilitas nasional. Sekali lagi bahwa fakta yang terjadi adalah mereka yang
melakukan instabilitas adalah para teroris takfiri dan mereka yang jelas-jelas
kontra dengan pemerintahan saat ini. Kita bisa lihat para pelaku bom bunuh diri
di Indonesia adalah para wahabi dan bukan syiah. Mereka pun para pelaku rusuh
yang menyulut fitnah di tengah masyarakat adalah mereka yang kontra dengan
syiah.
Di propaganda lainnya, syiah juga dituduh akan memporak-porandakan
Indonesia seperti yang terjadi di Suriah. Bukankah dahulu Suriah adalah negara
yang damai sebelum kedatangan para teroris-teroris takfiri didikan AS, Turki,
dan Arab Saudi. Adakah seorang syiah yang memakan jantung manusia di sana. Adakah
syiah yang memenggal kepala disana. Adakah syiah yang mengubah negara damai
menjadi negara yang porak-poranda. Adakah syiah yang suka menyerang kedaulatan
negara lain seperti yang dilakukan oleh Turki di Suriah dan Arab Saudi di Yaman
dan itu masih berlangsung hingga saat ini. Dan itu semua tidak dilakukan oleh
syiah, melainkan dilakukan oleh para teroris takfiri beserat majikannya AS,
Turki, dan Arab Saudi.
Syiah juga dituduh akan melakukan makar seperti
yang terjadi di Iraq, Suriah, Afganistan, Libanon, Pakistan dan yang lainnya. Benarkah
demikian? Mari kita lihat. Secara definisi, maka dapat diartikan sebagai
perbuatan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah (kudeta). Benarkah di Irak
syiah melakukan makar. Bukankah yang hendak menggulingkan pemerintahan sah Haidar
Al Abadi selaku Perdana Menteri Irak terpilih adalah ISIS yang berpaham takfiri
hingga membuat negara sendiri. Bukankah pula yang hendak menggulingkan Bashar
Al Assad presiden terpilih Suriah adalah para teroris transnasional yang bahkan
sebagian masyarakat Indonesia menyebutnya sebagai “mujahidin”. Lalu makar syiah
dimana. Terus bukankah yang selalu mengganggu stabilitas Afghanistan adalah
para teroris Taliban yang sejatinya juga berpaham wahabi. Hal itu pula tidak
berbeda jauh dengan sepak terjang Al Qaeda di Pakistan. Jadi
masihkah kita takut dengan ancaman syiah ataukah ancaman teroris takfiri
berpaham wahabi. Ingat, ancaman syiah hanya merupakan propaganda busuk mesin
situs-situs wahabi yang tidak kredibel dan sudah saatnya harus kita katakan “tidak”
untuk situs-situs tersebut seperti sameeh.net, panjimas.com, nahimunkar.org dan
situs-situs wahabi lainnya.
Comments
Post a Comment