Di
awal tahun ini, saya melihat ada dua berita penting yang cukup menyita
perhatian. Yang satu berita internasional dan satunya lagi adalah berita lokal.
Berita internasional yang saya maksud adalah berita demonstrasi yang terjadi di
Iran. Demonstrasi yang sebenarnya terjadi di akhir Desember 2017 disebut
sebagai eskalasi demonstrasi terbesar sejak tahun 2009. Banyak media asing yang
menyiarkan berita ini termasuk media Indonesia. Berita ini begitu ramai disiarkan
bahkan ada yang menyebut demonstrasi ini mirip dengan awal eskalasi demosntarsi
di Suriah dan menjurus pada perang besar sehingga layak disebut ‘Persian Spring’.
Berita yang kedua adalah berita lokal tentang harga BBM di Papua. Dalam sebuah
postingan disebutkan bahwa keinginan Presiden Jokowi untuk melakukan satu harga
BBM ternyata hanya isapan jempol. Postingan tersebut menyertakan bukti struk
pembelian BBM jenis pertalite di sebuah daerah di Papua yang menembus angka Rp.
77.700 per liternya. Mari kita mencermati kedua berita tersebut.
Berita
yang pertama tentang demosntrasi di Iran. Memang betul bahwa telah terjadi
demonstrasi di berbagai kota di Iran sebagai akibat dari naiknya harga-harga
barang di sana. Hal ini pun dimanfaatkan oleh sebagian kelompok yang memang
membenci Iran untuk menyudutkan negara para mullah tersebut. Narasi yang
terbangun oleh para pembenci Iran ini baik dari kalangan takfiri (media Arab
Saudi dan afiliasinya) maupun zionis (media Israel dan Barat) adalah bahwa di
sana terjadi kekacauan yang masiv dengan keinginan pergantian rezim hingga pergantian
sistem wilayatul fakih. Narasi seperti inipun ditelan mentah-mentah oleh
beberapa media di Indonesia seperti CNN Indonesia.
Penggambaran
yang diwartakan sebenarnya hanya merupakan perpanjangan tangan dari media barat.
Seperti berita dari CNN ini salah satu contoh konkrit corong dari kepentingan
zionis. Di gambar yang saya sertakan dengan mengutip tayangan dari CNN, dikatakan
bahwa itu adalah unjuk rasa anti pemerintahan Iran. Padahal di salah satu
poster yang dibawa oleh salah seorang pengunjuk rasa tertulis “Jonam Fadoye Rahbar”.
Sebuah kalimat dalam bahasa Persia yang berarti “Jiwaku Ku Korbankan untuk Rahbar.
Tahukah anda siapa itu Rahbar? Dalam sistem pemerintahan negara Iran, Rahbar
adalah pemimpin tertinggi yang kekuasaannya melebihi kekuasaan Presiden. Jadi dapat
dipastikan berita yang disiarkan CNN ini adalah berita kebohongan dan
penyesatan publik yang sekarang lebih dikenal dengan istilah hoax.
Tetapi
ibarat kata pepatah “nasi telah jadi bubur”, maka berita ini pun telah menyebar
dengan masiv hingga para pembenci Iran seperti takfiri dan zionis bermimpi
untuk melihat keruntuhan sistem wilayatul fakih di Iran. Kebencian kedua
kelompok ini memang sudah bukan rahasia lagi. Takfiri begitu membenci Iran dikarenakan
sepang terjang Iran di Suriah dalam membantu pemerintahan sah Suriah
memberantas teroris. Di sisi lain para pendukung zionis begitu membenci Iran
karena satu-satunya negara di dunia ini yang begitu mengancam Israel adalah
Iran. Dan ternyata di perang Suriah, kedua kelompok ini sehaluan dalam
memandang persekutuan Iran dan Presiden Suriah Bashar Al Assad. Inilah yang
saya sebut bahwa hoax itu tidak mengenal agama. Baik islam, kristen, maupun
agama lainnya ketika kebencian telah mendarah daging, maka akal pun akan
dipensiunkan dini. Sehingga berita bohong apapun akan tetap dipercaya.
Berita
kedua adalah berita tentang harga BBM jenis pertalite di daerah Papua yang
masih mahal dan menembus angka hingga Rp. 77.700,- per liter. Postingan berita
ini begitu viral di media sosial hingga akhirnya Polda Papua lewat
penjelasannya mengatakan bahwa berita ini tidak benar. Yang saya lihat dari
kasus ini tidak jauh beda dengan kasus demosntrasi di Iran tersebut. Para penebar
berita bohong dalam skala lokal banyak ditujukan untuk menjatuhkan pemerintahan
Jokowi. Mulai dari fitnah antek asing dan antek PKI, hingga yang terbaru tentang
harga BBM di Papua. Dan yang melakukan penyebaran berita hoax ini adalah
makhluk beragama yang sebenarnya secara subtansi dia telah meninggalkan
agamanya. Ingat bahwa salah satu tanda orang munafik adalah ketika ia berkata
maka ia berdusta, dan hal ini sama saja ketika ada seseorang yang menyebarkan
berita bohong.
Terakhir
yang ingin saya sampaikan adalah, mari selektif dalam membagikan berita. Ada banyak
berita bohong yang beredar di media, baik media sosial, elektronik, maupun
cetak. Para pewarta berita ini yang harus kita pahami bahwa mereka punya
kepentingan dalam menyebarkan beritanya. Bisa kepentingan pribadi, kelompok,
maupun kepentingan secara nasional. Maka dari itulah tidak ada satupun media
yang independen dalam menyebarkan berita. Semuanya adalah “by design” dan
sesuai dengan kepentingan. Saya tidak bermaksud mengajak anda untuk menjadi
seseorang yang membenci media, tetapi saya lebih mengajak pada wilayah edukasi
informasi. Harus ada pembelajaran dalam menerima dan memahami isi berita. Sehingga
nantinya tidak menjadi Bani Hoax yang beternak hoax.
Comments
Post a Comment