Entah diriku yang kelewat sensitif ataukah pemerintah dan beberapa warga negara jiran (Malaysia) yang memang gemar mencari sensasi dengan masyarakat Indonesia. Sensasinya pun bukan sensasi yang membuat patut dibanggakan, tetapi sensasi yang merendahkan bangsa lain. Ini terlihat dari buku panduan yang dibagikan dalam perhelatan pembukaan Sea Games Ke XXIX Malaysia. Di dalam buku panduan itu, tercetak gambar bendera terbalik putih di atas dan merah di bawah yang tentunya itu bukan bendera Indonesia. Apakah selama menjadi negara jirannya Indonesia, yaitu sejak negara federasi ini didirikan tidak tahu bendera Indonesia? Tentu ini adalah sebuah lelucon jika sejak didirikan tahun 1957 tidak mengetahui pasti bendera Indonesia.
Jika kita menelisik sejarah, sejak pendirian negara ini baik Republik Indonesia maupun Federasi Malaysia, kedua negara ini memang sempat konflik beberapa kali, baik itu terlibat kontak fisik maupun dalam tataran saling mengecam dan mengancam. Sebenarnya pada awal pendirian Federasi Malaysia, negara ini mendapat penolakan dari presiden pertama Indonesia yaitu Bung Karno dengan propagandanya "ganyang malaysia". Alasan Bung Karno menolak Federasi Malaysia karena menganggap negara baru ini adalah bagian dari neo kolonialisme Britania Raya yang masih menginginkan bercokol di Asia Tenggara. Alasan yang disampaikan Bung Karno ini bukan tanpa alasan jika dilihat dari sejarah pembentukan awalnya negara ini. Federasi Malaysia pada awalnya dibentuk oleh Britania Raya dengan menggabungkan Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), Sabah, Sarawak, dan Brunei yang kemudian dijadikannya menjadi negara persemakmuran Britania Raya. Dengan kata lain negara ini terbentuk bukan melalui sebuah perjuangan revolusi panjang tetapi sebuah pemberian mandat dari Kepala Negara Persemakmuran Britani Raya yang dipimpin oleh seorang Ratu kepada Raja Federasi Malaysia. Saya melihat ada kecocokan pendirian negara Israel dan Arab Saudi di Timur Tengah yang dibidani oleh Britania Raya, sama seperti pendirian Federasi Malaysia.
Penggabungan Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), Sabah, Sarawak, dan Brunei tidak berjalan mulus. Sebelum Negara ini diproklamirkan, masyarakat Brunei memilih untuk tidak bergabung. Begitupun Tumasik (Singapura) melepaskan diri pada tahun 1965 hingga pada tahun 1969 terjadilah kerusuhan etnis. Sebenarnya, wilayah Sabah dan Sarawak juga mengalami goncangan untuk melepaskan diri dari Federasi Malaysia dikarenakan mereka menganggap jika mereka tidak pernah mengiyakan untuk bergabung dengan Federasi Malaysia kecuali pemerintahan pusat dengan bantuan Britania Raya yang mengelabui sejarah penolakan rakyat Sabah dan Sarawak terhadap pendirian Federasi Malaysia.
Federasi Malaysia sebenarnya adalah negara yang tidak memiliki identitas jelas dan kepentingannya dibuat lebih pada kepentingan para neo kolonialis pada saat itu, seperti yang disampaikan oleh Bung Karno. Mungkin sejak itu, pemerintahan Federasi Malaysia begitu membenci Bung Karno termasuk bangsa Indonesia hingga saat ini. Maka tidak heran, mulai dari budaya, wilayah geografis, hingga bendera negara pun diolok-olok oleh negara buatan Britania Raya ini. Permohonan maaf pun yang telah disampaikan oleh Menpora Malaysia tidak serta merta menghilangkan penghinaan lambang negara Indonesia. Karena buktinya, sebuah koran di Malayisa tetap salah mencantumkan bendera Indonesia. Dan sangat tidak masuk akal jika buku panduan Sea Games yang merupakan sebuah even internasioanl dan jelas harusnya melewati proses seleksi yang ketat bisa membuat kesalahan seperti itu, sama seperti yang dilakukan oleh koran Malaysia?
Jika kita menelisik sejarah, sejak pendirian negara ini baik Republik Indonesia maupun Federasi Malaysia, kedua negara ini memang sempat konflik beberapa kali, baik itu terlibat kontak fisik maupun dalam tataran saling mengecam dan mengancam. Sebenarnya pada awal pendirian Federasi Malaysia, negara ini mendapat penolakan dari presiden pertama Indonesia yaitu Bung Karno dengan propagandanya "ganyang malaysia". Alasan Bung Karno menolak Federasi Malaysia karena menganggap negara baru ini adalah bagian dari neo kolonialisme Britania Raya yang masih menginginkan bercokol di Asia Tenggara. Alasan yang disampaikan Bung Karno ini bukan tanpa alasan jika dilihat dari sejarah pembentukan awalnya negara ini. Federasi Malaysia pada awalnya dibentuk oleh Britania Raya dengan menggabungkan Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), Sabah, Sarawak, dan Brunei yang kemudian dijadikannya menjadi negara persemakmuran Britania Raya. Dengan kata lain negara ini terbentuk bukan melalui sebuah perjuangan revolusi panjang tetapi sebuah pemberian mandat dari Kepala Negara Persemakmuran Britani Raya yang dipimpin oleh seorang Ratu kepada Raja Federasi Malaysia. Saya melihat ada kecocokan pendirian negara Israel dan Arab Saudi di Timur Tengah yang dibidani oleh Britania Raya, sama seperti pendirian Federasi Malaysia.
Penggabungan Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), Sabah, Sarawak, dan Brunei tidak berjalan mulus. Sebelum Negara ini diproklamirkan, masyarakat Brunei memilih untuk tidak bergabung. Begitupun Tumasik (Singapura) melepaskan diri pada tahun 1965 hingga pada tahun 1969 terjadilah kerusuhan etnis. Sebenarnya, wilayah Sabah dan Sarawak juga mengalami goncangan untuk melepaskan diri dari Federasi Malaysia dikarenakan mereka menganggap jika mereka tidak pernah mengiyakan untuk bergabung dengan Federasi Malaysia kecuali pemerintahan pusat dengan bantuan Britania Raya yang mengelabui sejarah penolakan rakyat Sabah dan Sarawak terhadap pendirian Federasi Malaysia.
Federasi Malaysia sebenarnya adalah negara yang tidak memiliki identitas jelas dan kepentingannya dibuat lebih pada kepentingan para neo kolonialis pada saat itu, seperti yang disampaikan oleh Bung Karno. Mungkin sejak itu, pemerintahan Federasi Malaysia begitu membenci Bung Karno termasuk bangsa Indonesia hingga saat ini. Maka tidak heran, mulai dari budaya, wilayah geografis, hingga bendera negara pun diolok-olok oleh negara buatan Britania Raya ini. Permohonan maaf pun yang telah disampaikan oleh Menpora Malaysia tidak serta merta menghilangkan penghinaan lambang negara Indonesia. Karena buktinya, sebuah koran di Malayisa tetap salah mencantumkan bendera Indonesia. Dan sangat tidak masuk akal jika buku panduan Sea Games yang merupakan sebuah even internasioanl dan jelas harusnya melewati proses seleksi yang ketat bisa membuat kesalahan seperti itu, sama seperti yang dilakukan oleh koran Malaysia?
Comments
Post a Comment