Ahlul Bait, Ahlul Sunnah, dan Ahlul Kitab merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Mengapa? Patutkah kita menjadi seorang pecinta Ahlul Bait ketika di waktu lain kita tidak menunjukkan rasa hormat kepada mereka yang menjadi pengikut Ahlul Sunnah sedangkan kelanjutan ajaran islam ada juga yang berasal dari sahabat Nabi SAW dan patutkah pula kita tidak menggandeng mereka yang menjadi pengikut Ahlul Kitab sedangkan ajaran islam adalah turunan dari ajaran Yahudi dan Nasrani.
Dan patutkah kita menjadi seorang pengikut Ahlul Sunnah ketika di waktu lain kita tidak menunjukkan rasa kecintaan kepada mereka yang menjadi pengikut Ahlul Bait sedangkan Nabi SAW mengajarkan kita untuk mencintai keluarganya dan patutkah kita juga tidak menggandeng mereka yang menjadi pengikut Ahlul Kitab sedangkan ajaran islam turunan dari ajaran Yahudi dan Nasrani.
Dan patutkah pula kita menjadi seorang Ahlul Kitab ketika di waktu lain kita tidak menunjukkan rasa hormat dan cinta kepada mereka yang menjadi umat islam padahal ajaran Yahudi, Nasrani, dan Islam bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim AS.
Mencintai Ahlul Bait tidak mesti berbuat kurang ajar terhadap pengikut Ahlul Sunnah dengan menganggap mereka berkhianat terhadap ketetapan Nabi SAW serta menafikan Ahlul Kitab. Menghormati para sahabat Nabi SAW tidak serta merta membuat kita benci dengan pecinta Ahlul Bait hanya karena yang selalu diutamakan keluarga Nabi SAW serta mengkafirkan Ahlul Kitab bahkan cenderung menghinanya dengan mempertanyakan siapa bidan Nabi Isa AS ketika lahir. Menjadi seorang Ahlul Kitab baik sebagai Yahudi maupun Nasrani tidak meniscayakan kita menutup diri dari lingkungan muslim hanya karena propaganda terorisme dan semitisme padahal ajarannya berasal dari nenek moyang yang sama.
Menjadi pengikut Ahlul Bait, Ahlul Sunnah, maupun Ahlul Kitab hanyalah sebuah pilihan. Pilihan ini berasal dari perbedaan penafsiran terhadap teks-teks yang ada di dalam kitab suci. Suatu saat kita harus mencintai keluarga Nabi SAW, di saat lain kita juga harus menghormati sahabat Nabi SAW, dan di kesempatan lainnya juga kita harus memahami bahwa ajaran Nabi SAW berasal dari ajaran Yahudi dan Nasrani.
Oleh sebab itu, mari saling menghormati perbedaan pendapat yang lahir dari perbedaan penafsiran agama ini. Mengagresi keyakinan orang lain adalah bukti inferioritas pemahaman keberagamaan. Artinya dalam konteks keberagamaan sesungguhnya, ia merasa kurang yakin dengan keyakinan itu sehingga melakukan agresi terhadap keyakinan orang lain. Sepertinya, keyakinannya sendiri mengalami alienasi sehingga selalu merasa terganggu jika ada keyakinan dan penafsiran agama lain. Ingat, kompleksitas dan pluralitas adalah keniscayaan makhluk sehingga ketika ada kelompok yang berusaha melawan ketetapan ini, maka dengan sendirinya ia telah berusaha berbuat kurang ajar terhadap Tuhan karena hanya Dia lah yang tunggal.
Berusaha memahami orang lain berarti telah berusaha menjaga kompleksitas dan pluralitas yang menjadi ketetapan Tuhan. Sehingga akan tercipta harmonisasi diantara pengikut Ahlul Bait, Ahlul Sunnah, Ahlul Kitab, maupun agama beserta denominasi-denominasinya yang dipertemukan dengan kesamaan pemahaman kepercayaan terhadap Tuhan.
Tetapi jika itu semua masih sulit untuk diterima, maka ada yang salah dari caramu memahami ajaran agama yang merupakan rahmat bagi seluruh alam. Ataukah juga pada saat dirimu diciptakan, kau berasal dari tanah sengketa sehingga pemikiran dan tindakanmu selalu mempersengketakan keyakinan dan agama orang lain.
Comments
Post a Comment