Postingan Abu Janda baru baru ini
yang menyebut agama islam sebagai agama arogan adalah postingan yang keliru dan
menandakan bahwa cara berpikirnya masih dangkal. Penggunaan kalimat agama islam
adalah agama arogan menandakan bahwa ia tidak memahami sebetulnya apa yang ia
sampaikan. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat seperti apa postingan Abu Janda
itu.
"Yang arogan di Indonesia
itu adalah Islam sebagai agama pendatang dari Arab kepada budaya asli kearifan
lokal. Haram-haramkan ritual sedekah laut, sampai kebaya diharamkan dengan
alasan aurat," ucap Abu Janda lewat akun Twitter,
@permadiaktivis1.
Penggunaan kata arogan dan
disematkan kepada suatu agama memang adalah pernyataan yang sangat salah. Abu Janda
mungkin tidak memelajari mengapa islam menjadi agama yang dianut lebih dari 80%
masyarakat disini. Mengapa bisa mencapai pemeluk yang signifikan seperti itu
dalam hal kuantitas jika memang agama tersebut adalah agama arogan. Belanda yang
bahkan penjajahannya beradab-abad dengan latar belakang agama yang berbeda dari
agama islam bahkan tidak bisa menaklukkan masyarakat nusantara dalam hal penyebaran
agama. Jika kita mau berpikir sesuai dengan kaidah berpikir yang rasional maka
tentu saja pemikiran Abu Janda adalah pemikiran yang tidak berlandaskan pada
kaidah ilmiah, fallacy of dramatic instance, lebih pada sentimen kepada
kelompok tertentu dan tentu ini sangat tidak adil.
Saya bahkan menantang Abu Janda
memerlihatkan “kearoganan” Nabi Muhammad SAW sebagai representasi dari
nilai-nilai ajaran islam. Adakah beliau SAW memaksakan agama kepada pihak lain
padahal dalam Al Quran sendiri itu dilarang. Coba lihat lagi bagaimana beliau
SAW memberikan solusi terbaik terhadap masyarakat yahudi di Madinah ketika itu
untuk hidup berdampingan dengan masyarakat muslim. Apakah yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW adalah ajaran yang arogan. Jika yang dipermasalahkan adalah ritual-ritual
tertentu yang dianggap syirik atauapun penggunaan kebaya, silakan diskusi
dengan para pemuka agama dan bukan main tuduh sembarangan begitu. Memang betul
bahwa ada kelompok islam yang sangat ekslusif dan bahkan gemar memberikan label
sesat kepada kegiatan kegiatan budaya, tetapi itu tidak merepresentasikan
ajaran islam yang sesungguhnya. Coba lihat gerakan islam yang moderat seperti
NU apakah mereka langsung memberikan label sesat kepada kegiatan budaya seperti
itu. Coba juga jalan-jalan ke tanah Makassar, masih banyak kegiatan budaya yang
bisa dilihat dan lestari hingga saat ini dan dipadukan dengan ajaran islam. Di tanah
Makassar, islam dan budaya tidak pernah dibenturkan oleh para budayawan. Jika yang
melakukan pengharaman itu sekelompok orang, maka adalah keliru jika yang
dipersalahkan langsung pemeluk agama islam secara keseluruhan.
Kemudian tentang penggunaan kebaya
yang diharamkan, jadi begini saya masuk dalam suatu kelompok di face book yang
mengaku sebagai pecinta budaya nusantara. Mereka sangat mengagungkan kebaya,
tetapi di sisi lain ada kesan mengatakan jika jilbab itu sangat tidak cocok
dipadukan dengan kebaya sebagai produk nusantara dengan alasan pakemlah, produk
imporlah serta tidak cocoklah. Dari contoh ini saya justru melihat pertentangan
budaya dan agama tidak hanya dilakukan oleh kelompok ekstrimis agama, tetapi
juga dilakukan oleh para fasis budaya. Jika ekstrimis mengatakan kebaya itu
haram karena tidak menutup aurat, maka apa bedanya dengan para fasis budaya
yang menolak perpaduan jilbab dan kebaya. Sama saja mereka, ekslusif dan sulit
menerima perbedaan. Abu Janda hanya mengkritik ekstrimis tetapi lemah di
hadapan fasis.
Apakah yang jahat hanya orang
islam sedangkan selain islam itu tidak jahat. Apakah boleh juga memberikan sentimen
negatif kepada agama bangsa Belanda dengan alasan itu adalah agama penjajah. Apalagi
dalam prakteknya bangsa Eropa memang melakukan penjajahan dan membawa misi
menyebarkan agama. Betul bahwa ajaran islam bukanlah ajaran yang berasal dari
nusantara, tetapi islam sudah menyatu dengan ajaran nusantara tersebut. Kita tidak
bisa menolak ajaran ini dikarenakan sudah beradab-abad yang lalu ajaran ini
masuk dan mengapa baru sekarang seperti ada yang mempersoalkan macam Abu Janda
yang mengatakan ajaran islam adahal agama arogan. Ingat, semua agama besar di
negeri ini adalah agama impor dan bukan hanya islam. Ada katholik, Kristen,
budha, hindu, dan kong hu cu. Sebenarnya istilah ajaran impor sudah tidak
relevan lagi digunakan dikarenakan kita sudah menjadi satu bangsa apalagi islam
sudah diakui sebagai agama resmi di negeri ini. Sama halnya mengungkit asal
para keturunan imigran disini seperti keturunan Arab, China, Eropa, India
adalah hal yang tidak usah diungkit lagi karena hal itu berpotensi menimbulkan
konflik SARA. Ataukah memang Abu Janda hadir sebagai manusia yang akan terus
mengipasi sentimen ini. Bangsa ini terlalu berharga untuk dikorbankan demi Abu Janda
seorang.
Mari jalan jalan ke tanah Makassar
Abu Janda, anda akan melihat perpaduan agama dan budaya disini. Ada Maudu Lompoa
yang terinspirasi dari peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ada penggunaan Baju
Bodo untuk perempuan Makassar yang dipadukan dengan hijab dengan tujuan menutup
aurat dan tidak ada budayawan yang mempersoalkannya disini. Jika Baju Bodo bisa
dipadukan dengan hijab, mengapa kebaya tidak dan justru ini dipersoalkan Abu
Janda. Itu belum termasuk istilah istilah dalam bahasa Makassar yang banyak
menyerap bahasa Arab. Dan bukan hanya diserap, tetapi dilakukan kegiatannya. Ada
syukuran kelahiran anak yang disebut attompolok, ada sunat bagi perempuan yang
disebut akkattang, ada syukuran masuk rumah yang disebut appassili, ada accera
baca untuk yang mereka yang telah menamatkan bacaan Al Quran, dan masih banyak
lagi. Stop benturkan agama dan budaya Abu Janda, atau anda tidak lebih dari
agen zionis.
Makassar, 30 Januari 2021
Comments
Post a Comment