Dalam pembahasan Yahudi, Israel dan Zionisme,
selalu saja ada yang gagal memahami bahwa ketiga entitas yang dimaksud ini berbeda.
Bagi mereka mengutuk Zionisme sama saja dengan mengutuk Israel maupun yahudi.
Bahkan dengan lantang dan bangganya mereka akan selalu berkata bahwa bangsa
Israel (yang dia maksud adalah negara ilegal Zionis Israel) adalah bangsa
pilihan Tuhan. Jadi barang siapa yang mengutuk mereka maka akan mendapatkan
balasan dari Tuhan. Mereka mengambil contoh bagaimana dalam sejarah pendirian
rezim ilegal ini dalam perang Arab-Israel (mereka menyebutnya perang
kemerdekaan) selalu saja yang menjadi pemenang adalah negara Israel walaupun
mereka dikeroyok oleh negara-negara Arab seperti Mesir, Suriah, Yordania,
maupun Irak. Kesimpulan parsial ini mencoba mereka jadikan sebuah konklusi dan
narasi ini pun mulai dikembangkan oleh banyak pendukung Zionis di Indonesia.
Sebenarnya pembahasan awal yang harus dilakukan
adalah mencoba membedah apakah Yahudi, Israel dan Zionisme adalah entitas yang
sama ataukah berbeda. Di dalam Al Quran yang menjadi kitab petunjuk saya,
memang benar terdapat pembahasan Yahudi dan bangsa Israel. Tetapi secara gamblang
dijelaskan bahwa Yahudi sebagai sebuah agama yang dianut juga oleh sebagian
bangsa Arab ketika itu memiliki definisi yang berbeda dengan Israel yang lebih
dipahami sebagai sebuah bangsa atau dalam bahasa Al Quran disebut sebagai Bani Israil.
Artinya dalam kacamata Islam, Yahudi dan Israel adalah dua entitas yang
berbeda. Satu merujuk pada agama dan satu merujuk pada bangsa. Definisi umum
pun yang kita pahami bersama bahwa Yahudi sebagai agama dan Israel sebagai
sebuah bangsa adalah entitas yang berbeda. Yahudi sebagai sebuah agama tersebar
di beberapa belahan dunia termasuk di beberapa negara Arab. Sedangkan Israel
kini telah mengalami ahistoris dikarenakan bangsa yang dimaksud bukanlah kaum Nabi
Musa AS seperti yang dipahami.
Jika yang dimaksud negara ilegal Israel sebagai
kelanjutan dari bangsa Israil di zaman Nabi Musa AS, maka hal itu dapat saya
katakan adalah kesimpulan yang mengada-ada. Di awal pendirian rezim ilegal ini,
yang terjadi adalah migrasi besar-besaran para kaum Yahudi Eropa ke daerah Palestina.
Kita bisa buka dokumen sejarah bahwa kebanyakan dari mereka bukanlah penduduk
asli ataupun memiliki ikatan dengan keturunan Bani Israil. Mereka kebanyakan
adalah penganut Yahudi yang berasal dari Eropa. Kita ambil saja contoh perdana
menteri ke IV Israel yaitu Golda Meir yang merupakan imigran dari Ukraina. Jadi
jelas bahwa klaim mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan dengan menyamakan bahwa
mereka adalah keturunan Bani Israil sebagai kaum Nabi Musa AS adalah narasi
yang lucu sekaligus menjijikkan. Secara sejarah mereka ahistoris dan secara
tingkah laku, mereka tidak lebih dari pasukan bar bar yang merampas dan
membunuh bangsa Palestina.
Adakah mereka bisa dikatakan sebagai bangsa pilihan
Tuhan ketika mereka merampas rumah warga asli Palestina. Ingat, sejak kekalahan
Turki Ustmani di tahun 1920 wilayah yang disebut sebagai Palestina telah
dikenal sebagai wilayah Mandat Britania Atas Palestina. Adakah sejarah yang
menunjukkan bahwa imigran gelap dari Eropa semisal Golda Meir memiliki sejarah
keturunan di tanah Palestina. Dan lagi-lagi saya katakan mereka ahistoris.
Kemudian saya lanjutkan dengan bahasa mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan.
Adakah bangsa pilihan Tuhan berdiri di tanah yang bukan miliknya dengan klaim
palsu holocaust. Kita semua berduka cita dengan peristiwa kelam tersebut yang
telah membuat kaum Yahudi berpencar-pencar. Tetapi ingat bahwa seharusnya yang
menjadi pelaku kejahatanlah yang harus menanggung hukumannya. Jika Eropa
terkhusus Jerman begitu peduli dengan peristiwa ini, seharusnya negara Zionis
ilegal ini berdiri di tanah Eropa tepatnya Jerman. Bukankah yang membunuh kaum Yahudi
adalah Hitler beserta Nazinya dan bukan bangsa Arab. Mengapa negara ilegal ini
justru didirikan di daerah yang sama sekali tidak terlibat dalam pembantaian
kaum Yahudi. ibaratnya, ada pencurian yang terjadi dan pelakunya sudah
diketahui. Tetapi yang dihukum adalah tetangganya si pencuri yang jauh dan
bukan di pencuri tadi. Apakah dalam logika hukum, yang seperti ini bisa
diterima. Bukankah Eropa, Jerman, dan Dunia Barat yang selalu mengatakan
dirinya kiblat Hak Asasi Manusi (HAM) seharusnya mengajari kebenaran dan bukan
kebohongan seperti ini.
Sudah sengat jelas dan terang benderang bahwa
kekejaman negara ilegal Israel tidak memiliki kaitan dengan bangsa Israil di
zaman Nabi Musa AS. Spririt gerakan Israel tidak bertumpu pada nilai ketuhanan
yang diajarkan oleh Nabi Musa AS kepada Bani Israil melainkan adalah spirit Zionisme.
Spirit yang digagas oleh Theodor Herzl ini terbukti menjadi kanker di Timur Tengah.
Perang Arab-Israel yang mereka sebutkan sebagai perang kemerdekaan adalah
propaganda sesat yang telah menjamur kemana-mana. Mengapa perang tersebut
disebut oleh mereka perang kemerdekaan padahal merekalah penjajah yang merampas
tanah bangsa Palestina. Sangat aneh karena si penjajah merasa dijajah padahal mereka
adalah imigran gelap dari Eropa. Mereka sama saja dengan penjajah Belanda yang mencoba
merampas dan membunuh masyarakat Indonesia.
Jika mengutuk negara Israel akan mendapatkan
hukuman dari Tuhan, maka saya yang pertama mengutuk negara ilegal ini karena
telah menciderai nilai kemanusiaan. Bukankah konstitusi negara kita menyatakan
kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Israel bukanlah negara super power yang
harus ditakuti. Memang benar di awal pendiriannya mereka terus memenangkan
peperangan karena jelas didukung oleh Britania. Sama dengan sejarah pendirian negara-negara
teluk seperti Arab Saudi yang berdiri setelah keruntuhan Turki Ustmani. Tetapi
kemenangan tidak selamanya berada di pihak negara Zionis ini. Belum hilang di
ingatan kita bagaimana Hizbullah yang hanya setingkat organisasi paramiliter
atau seperti Banser dan Kokam di Indonesia ini bisa mengusir serdadu Israel
dari Lebanon Selatan di tahun 2000 dan kembali memenangkan peperangan di tahun
2006. Apalagi jika berperang dengan pusat komando Hizbullah di Tehran. Israel
sebenarnya bukanlah bangsa pilihan Tuhan, tetapi mereka adalah bangsa yang
kehadirannya akan memperjelas siapa yang hak dan siapa yang bathil.
Makassar, 22 September 2020
Comments
Post a Comment