Kita sekarang lagi dihebohkan mengenai
penyebaran virus corona. Hingga hari ini, penyebaran virus yang diawali di Wuhan,
China ini telah masuk di berbagai negara seperti di Jepang, Thailand, hingga ke
negeri jiran Malaysia dan Singapura. Penyebaran virus ini hingga ke negeri
jiran tentu membuat masyarakat Indonesia sangat was-was karena ditakutkan akan
masuk ke Indonesia dan tentu menjadi masalah yang sangat serius. Berbagai pendapat
pun bermunculan mengenai asal muasal virus ini seperti dikatakan virus ini
berasal dari daging kelelawar, virus ini sebagai azab dari Tuhan kepada pemerintahan
komunis China yang membantai muslim Uighur. Ada juga yang berpendapat jika
virus ini adalah virus yang berasaL dari laboratorium di China yang bocor dan
menyebar keluar, dan masih banyak lagi praduga-praduga yang disampaikan perihal
virus corona ini.
Yang pertama adalah virus ini
disebut berasal dari hewan liar yaitu kelelawar. Kebiasaan warga China yang
disebut gemar memakan hewan liar seperti kelelawar hingga dihidangkan menjadi
makanan sejenis sup ditengarai menjadi sumber awal virus corona ini. Apakah benar
jika mengonsumsi hewan liar seperti kelelawar menjadi sumber virus corona. Mari
kita sama-sama melihat lebih luas lagi dampak dari mengonsumsi hewan liar
dengan membandingkannya dengan sebuah daerah di Indonesia.
Patut kita ketahui, kebiasaaan
memakan hewan liar tidak hanya dilakukan oleh masyarakat China. Di sebuah
daerah di Sulawesi Utara tepatnya di daerah Tomohon, daging hewan-hewan liar diperdagangkan
di sebuah pasar. Bukan hanya kelelawar, tetapi hewan liar lainnya pun ada
disana seperti tikus hutan, ular, hingga hewan yang lazim dipelihara seperti
anjing dan kucing. Tentu mereka membeli daging hewan tersebut untuk dikonsumsi.
Dan selama ini pula tidak ada berita yang kita dengar mengenai adanya virus
yang berkembang disana entah itu corona ataupun jenis virus lainnya yang
diakibatkan oleh kebiasaan warga tomohon mengonsumsi hewan liar. Faktor lain
seperti bagiamana cara mengolah daging hewan tersebut hingga cara penyajiannya
memang bisa jadi menjadi faktor timbulnya berbagai penyakit hingga virus. Tetapi
mengambil kesimpulan bahwa daging kelelawar menjadi faktor utama sumber virus
corona seperti mengambil kesimpulan yang sangat prematur.
Selanjutnya adalah virus corona
ini dikatakan adalah azab dari Tuhan kepada pemerintahan komunis China yang telah
menindas muslim Uighur di Xinjiang. Logika seperti azab-azaban seperti ini
tentu menjadi sesuatu yang salah dikarenakan ada kesan bahwa kita tahu bahwa
virus itu adalah kiriman Tuhan. Apakah ketika Tuhan menurunkan virus ini, Dia
memberitahukan kepada kita bahwa Dia sedang menghukum rezim komunis China yang
telah membantai muslim Uighur. Sehebat itukah kita sehingga Tuhan mendiskusikan
perbuatanNya kepada makhlukNya dalam hal ini kita. Jikalau pun itu azab dari
Tuhan, mengapa Dia tidak menurunkan azabNya juga kepada Israel yang hingga kini
menindas warga Palestina. Bahkan Tuhan seperti membiarkan Israel seenaknya saja
memersekusi hingga membunuh warga Palestina.
Mengapa juga Tuhan tidak
menghancurkan saja Amerika Serikat (AS) yang telah banyak menghancurkan negara muslim.
Ingat kekejaman AS di Afghanistan dan Irak. Mengapa Tuhan juga tidak
mengirimkan virusnya ke negara-negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik
Utara atau (NATO) yang mengahncurkan Libya, sebuah negara di benua Afrika yang
makmur di bawah pemerintahan Khadafi dan kini menjadi negara gagal akibat
ageresi militer NATO. Virus mematikan juga ketika dipahami sebagai azab
seharusnya dikirimkan kepada kerajaan Arab Saudi yang hingga kini menjajah Yaman
dengan dalih menegakkan kembali pemerintahan mantan Presiden Mansour Hadi. Penjajahan
Arab Saudi terhadap Yaman telah menyebabkan kehancuran, kematian, kelaparan,
hingga bencana virus mers disana. Kekejaman Israel, AS, NATO hingga Arab Saudi bahkan
tidak sebanding dengan desas desus kekejaman rezim komunis China terhadap
muslim Uighur. Narasi virus yang disebut sebagai azab ini jika kita menggunakan
logika di atas maka akan sangat rapuh. Argumentasi dan premis yang terbangun
adalah narasi dogma yang sama sekali tidak berbasis pada data dan hanya
berkisar pada asumsi-asumsi belaka. Dan bahkan kecenderungannya narasi palsu
ini sangat banyak dilandasi sentimen anti China. Padahal Tuhan tidak pernah
membedakan makhluknya berdasarkan ras dan tentu agak mengherankan jika masih
saja ada yang terjebak dalam sentimen ras.
Selanjutnya virus corona ini
disebut sebagai sebuah virus percobaan pemerintah China yang dibuat di dalam
laboratorium untuk digunakan di kemudian hari sebagai senjata biologis yang
mematikan. Narasi yang banyak digembar-gemborkan pemerintahan Barat ini
terutama pemerinatah AS bagi saya tidak lebih dari sebuah propaganda belaka
saja. Diksi corona saja sebagai nama dari virus ini sudah membuat saya ragu
jika virus ini buatan China. Diksi corona adalah diksi Inggris sehingga bisa
jadi ada keterkaitan AS dalam permainan ini yang nota bane sekarang adalah rival
dagang pemerintah China.
Kemudian memercayai narasi Barat
bahwa virus corona adalah buatan China mengingatkan kembali pada propaganda
busuk mereka perihal adanya senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh mantan Presiden
Irak Saddam Hussein sebagai alasan menyerang Irak ketika itu. Walapun Saddam
sangat kejam terhadap rakyatnya, bukan berarti segala berita yang dihembuskan
oleh Barat harus menjadi rujukan utama. Dan terbutki di kemudian hari setelah Irak
hancur lebur, AS dan Inggris mengakui jika laporan ini salah. Dan sekarang ingin
mengulangi narasi itu kembali terhadap rival dagang mereka. Sudah seharusnya
kita jangan mudah percaya terhadap propaganda busuk para pemimpin Barat.
Terakhir saya berpendapat
fenomena virus corona ini tidak ubah seperti virus-virus endemic lainnya
seperti virus mers, sars, flu burung, maupun lainnya. Tetap gunakan akal untuk
memahami apa yang terjadi sehingga kita tidak dengan mudah menjadi bagian dari
narasi yang menyesatkan. Mengkritik AS, Israel, NATO, Arab Saudi dan negara-negara
tertentu bukan berarti membenci bangsa dan agamanya. Tetapi yang menjadi titik
tolak kritikan itu adalah kebijakan dari para pemimpin negaranya.
Comments
Post a Comment