MELAWAN NARASI DOGMATIS DAN KEBEKUAN BERPIKIR


Mengapa kita harus mengkritik cara beragama orang-orang islam. Secara sederhana saya mengkritik mereka bukan berarti saya merasa lebih pintar atau bagaimana. Saya mengkritik mereka dikarenakan tidak ingin umat islam terus terbelakang, tertinggal dan terpuruk. Jika kita ingin jujur, dunia islam saat ini penuh dengan konflik antar sesama, ilmu pengetahuannya tertinggal, teknologinya sanga bergantung pada barat dan dunia luar, miskin, tidak pada tahapan positif tentang penegakan HAM, dan beberapa aspek negatif lainnya. Jika pun ada negara islam yang kaya, karena memang negara tersebut ditakdirkan Tuhan memiliki sumber daya alam gratis dan melimpah seperti minyak misalnya Arab Saudi. Tetapi ingat bahwa minyak yang mereka miliki suatau saat akan habis dan mereka akan kembali mengulang cerita serupa dengan negara-negara islam lainnya yang tertinggal. Faktor terbesar yang membuat umat islam terbelakang terjadi karena kesalahan cara berpikir banyak sebagian umat islam.

Banyak umat islam yang beragama dengan tidak memaksimalkan fungsi akal dan inilah yang menyebabkan terjadinya kesalahan berpikir. Mereka beragama dengan pemikiran tertutup, anti keberagamaan dan keterbukaan. Mengenai hal itu, banyak aktivis muslim saat ini yang melakukan propaganda bahwa solusi atas keterbelakangan ini adalah dengan menegakkan negara islam, dan menegakkan syariah islam. Kita bisa lihat bagaimana Felix Siauw misalnya secara terbuka begitu massif mempropagandakan penegakan khilafah. Termasuk di dalam bukunya yang berjudul “khilafah remake”, terbitan tahun 2014 ia mengatakan kesalahan umat islam saat ini adalah meninggalkan gagasan negara islam dan memilih sistem di luar islam yaitu negara sekuler. Menurut Felix, di masa kejayaannya dulu islam menerapkan syariah, menerapkan negara islam, dan menerapkan khilafah. Begitu khilafah berakhir maka dunia islam mengalami keruntuhannya.

Dengan demikian cara berpikir yang digunakan Felix adalah jawaban terhadap ketertinggalan negara islam saat ini adalah dengan penegakan syariah islam dan khilafah. Premis yang digunakan Felix ini memang sederhana dan sering kali terkesan menarik terutama bagi mereka yang tidak awam terhadap sejarah. Sebenarnya cara berpikir Felix ini dibangun oleh landasan yang sangat rapuh. Pertanyaan untuk Felix, jika memang khilafah atau negara islam atau syariah adalah komponen yang menentukan kemajuan suatu negara, mengapa dunia barat dan beberapa negara di Asia Timur bisa mencapai kemajuan yang sangat pesat tanpa adanya campur tangan khilafah? Bahkan jangankan khilafah dan syariah, islamophobia terutama di beberapa negara barat bahkan bisa dikatakan akut. Dan dapat dikatakan jika mereka bisa menjadi Negara mau karena adanya upaya pemisahan Negara dan doktrin agama dalam kehidupan politik. Sebenarnya Felix tidak akan membuat kesalahan mendasar seperti itu jika ia memang mau belajar sejarah peradaban islam secara jujur. 

Ada begitu banyak referensi yang menunjukkan bahwa kejayaan islam di masa lampau itu didasari bukan karena doktrin agama yang menjadi system politik. Yang mendorong kemajuan islam pada saat itu adalah faktor-faktor yang sekarang juga menjadi faktor penentu keberhasilan dunia barat seperti kecintaan dan penghargaan terhadap ilmu pengetahuan, keterbukaan berpikir, dan adanya pertukaran keilmuan. Jadi yang menjadi dasar semua itu adalah ilmu pengetahuan. Kemajuan peradaban barat terjadi sejak zaman yang disebut pencerahan atau renaissance yang meruntuhkan kebekuan berpikir di masa kegelapan atau darkness. Eropa pernah hanyut di masa kegelapan yaitu masa dimana istana dan gereja melarang seseorang untuk berpikir bebas. Mungkin kita masih ingat dengan kisah Galileo Galilei yang dihukum harus hidup dalam pengucilan karena menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari,  dan bukan matahari yang mengelilingi bumi. Ini pendapat yang tidak populer pada masa itu karena bertentangan dengan doktrin istana dan gereja. Walaupun sekarang terbukti bahwa pernyataan Galileo lah yang benar.

Di masa kegelapan barat itu orang tidak boleh melawan apa yang ditetapkan penguasa kerajaan dan gereja. Akibatnya eropa menjadi terbelakang. Setelah itu adanya kesadaran dari bangsa Eropa yang ditandai dengan menjamurnya sekularisme, menandakan mereka sudah keluar dari era darkness menuju era renaissance. Walaupun terjadi perubahan yang sangat besar di Eropa dan sentiment terhadap agama meningkat, tetap saja agama tidak dihabisi tetapi implementasi tata cara beragama dan berfikir mereka yang diubah. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak lagi ditentukan oleh pemuka agama melainkan oleh para ilmuan. Kebenaran ini didapatkan dari proses pencarian kebenaran yang dilakukan secara bertanggung jawab oleh para ilmuan. Ketika masyarakat telah tercerahkan, maka mereka dengan sendirinya akan mengejar ilmu pengetahuan. Penguasaan ilmu pengetahuan inilah yang melahirkan berbagai revolusi pengetahuan dan salah satu yang paling besar adalah revolusi industri di Inggris. Dan ini pada akhirnya gerakan ini berdampak pada kemajuan ekonomi di dunia barat.

Pengalaman islam sebenarnya memberi pelajaran serupa. Islam dahulu pernah memiliki masa keemasan. Di masa tersebut islam tumbuh pesat karena para pemuka islam sangat menghromati keterbukaan dan pengetahuan. Islam dalam sejarahnya bermula di tanah Arab yang tertinggal secara peradaban di masa itu. Orang-orang muslim ketika adalah kaum yang hidup dalam budaya padang pasir yang keras, penuh konflik, dan belum berorientasi pada pengetahuan. Syukurlah para penguasa islam kemudian di masa itu belajar bahwa untuk membangun peradaban diperlukan orang-orang yang pintar dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan. Ekspansi dan perluasan islam di masa-masa itu menyebabkan islam  kemudian belajar dari beberapa warisan kebudayaan Yunani klasik dan warisan peradaban Timur. Buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat dari Yunani didatangkan dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahsa Arab. Sehingga ini mendrong lahirnya tradisi akademis yang mampu melahirkan cabang ilmu pengetahaun seperti kedokteran, matematika, geografi, fisika, astronomi, filsafat dan sejarah.  Pada era kejayan islam itu metode berpikir yang rasional, ilmiah dan filosofis berkembang dengan kokoh. Landasan itulah yang memungkinkan lahirnya para ilmuan, pemikir, filsuf, budayawan yan tak henti-hentinya melahirkan karya-karya yang membangun peradaban islam. 

Jadi keterbelakangan umat islam jelas tidak sekadar bisa diatasi dengan menegakkan khilafah seperti dari narasi propaganda Felix Siauw, atau negara syariah islam. Kita harus berani mendobrak kebekuan berpikir yang ada dalam dunia islam saat ini. Karena itu kita harus berani mengkritik pemuka agama yang cara berpikirnya hanya dogmatis maupun tidak menggunakan kaidah-kaidah rasionalitas. Meninjau kembali ajaran agama yang nampak tidak masuk akal, mengkritik cara berpkir, dan perilaku umat islam yang membawa pemikiran pada keterbelakangan. Ingat, mengkritik bukan sesuatu yang dilarang untuk dilakukan di republik ini karena hal itu sudah dijamin di dalam undang-undang.


Comments