Artikel
ini saya tulis bukan berarti saya ingin menggurui seseorang yang bernama Amien
Rais ini. Dia yang banyak dielu-elukan sebagai tokoh reformasi ketika itu
bahkan mengalahkan nama lainnya seperti Megawati Soekarno Putri, Abdurrahman
Wahid, Sri Bintang Pamungkas, maupuan Iwan Fals ini, adalah tokoh yang secara
nasional sudah sangat dikenali. Bandingkan dengan saya yang hanya seorang
penulis lepas dan berusaha memahami apa maksud dari pernyataan Amien Rais tentang
“Partai Allah” dan “Partai Setan”.
Sebenarnya
di belahan bumi lain tepatnya di daerah Lebanon Selatan kawasan Timur Tengah
sendiri berdiri sebuah gerakan perlawanan semi militer atau bisa dikatakan juga
sebagai milisi bersenjata yang disebut sebagai Hizbullah. Gerakan ini jika
dilihat dari segi etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu “hizb” yang berarti
“partai” dan “Allah” yang berarti “Allah”. Jadi hizbullah secara umum dapat
diartikan sebagai Partai Allah. Atas dasar ini maka saya sebenarnya tidak
terlalu kaget jika seorang Amin Rais mengeluarkan sebuah pernyataan tentang
adanya Partai Allah itu.
Melihat
sepak terjang Hizbullah Lebanon memang seperti tidak salah jika gerakan mereka
banyak berhubungan dengan perintah-perintah Tuhan. Kita mungkin belum lupa
bagaimana Hizbullah telah mengaplikasikan hadist yang berbunyi, “mencintai
tanah air adalah sebagian daripada iman” yang dibuktikan dengan keberhasilan
mereka mengusir Israel dari Lebanon Selatan pada tahun 2000. Dan kembali
mempermalukannya di tahun 2006 dengan keberhasilannya mengahalau mereka untuk
kembali menguasai Lebanon Selatan. Begitu heroik perjuangan mereka, dan bahkan
kepala Sekretaris Jenderal mereka yang juga seorang keturunan Nabi Muhammad SAW
yaitu Sayyid Hasan Nasrullah dihargai jutaan dollar oleh Amerika Serikat maupun
Israel.
Selain
keberhasilan gerakan ini di dalam mempertahankan tanah air sebagai perwujudan
dari hadist Nabi Muhammad SAW, hizbullah juga menjadi perekat bagi bangsa
Lebanon yang multi agama. Kita bisa lihat bagaimana di banyak contoh pendukung
hizbullah bukan hanya dari kalangan muslim tetapi dari pihak luar islam pun
seperti dari kalangan Kristen Maronit, hizbullah menjadi idola warga Lebanon
terutama bagian Selatan. Hingga seorang penyanyi terkenal Lebanon membuat lagu
khusus untuk hizbullah yang menceritakan perjuangan perang mereka dalam perang
dengan Israel yang diadopsi dari surat-menyurat antar tentara hizbullah.
Gerakan ini pun banyak bertanggung jawab dalam kegiatan sosial di Lebanon
seperti pembangunan rumah sakit maupun sekolah terkhusus pasca perang dengan
Israel di tahun 2000 dan 2006. Hizbullah juga dalam gerakannya menjadikan
kepentingan nasional Lebanon sebagai yang utama. Kemampuan militer hizbullah
yang disinyalir lebih kuat dari tentara nasional Lebanon, tidak serta merta
membuat mereka melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah. Konstitusi
Lebanon yang sudah menetapkan bahwa seorang presiden haruslah dari kalangan
Kristen Maronit dan perdana menterinya dari kalangan Islam Sunni, tidak membuat
hizbullah yang didominasi oleh Islam Syiah gelap mata dan menyandera
kepentingan nasional Lebanon.
Sekarang
mari kita lihat partai Allah seperti yang disebutkan oleh Amien Rais. Kita
awali dari partai asal Amien Rais sendiri yaitu partai amanat nasional atau
PAN. Partai politik yang memiliki basis massa dari kalangan muhammadiyah ini
tercatat sebagai partai menengah di Indonesia. Partai ini dalam beberapa
keikutsertaannya dalam pemilihan umum (pemilu) tidak pernah menjadi partai
pemenang, bahkan terkesan hanya menjadi penggembira di setiap pagelaran pemilu.
Dan sekarang dengan pernyataan Amien Rais bahwa partai ini adalah partai Allah,
haruslah dilihat dari berbagai aspek. Jika partai Allah yang dimaksud adalah
partai berideologi islam, maka PAN tidak akan masuk karena partai ini menganut
ideologi pancasila dan semua agama dapat menjadi anggotanya. Bahkan di beberapa
contoh pilkada, PAN mencalonkan seorang kepala daerah dari kalangan non muslim.
Ini baru dari segi ideologi, dan mari kita lihat dari perspektif lain. Jika
dilihat dari akhlak dan perbuatan, maka partai yang dikategorikan sebagai
partai Allah haruslah bersih dan tindakan tercela. Apakah PAN sudah bersih dari
kader korupsi. Pastilah jawabannya tidak karena yang terbaru, kader mereka Zumi
Zola telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Kemudian
selanjutnya adalah Partai Keadilan Sejahterah (PKS). Partai yang disebut-sebut
sebagai partai yang berafiliasi dengan gerakan Ikhwanul Muslimin yang
ditetapkan sebagai organisasi terror di Mesir ini, memang secara ideologi
adalah partai islam. Tetapi perbuatan kader-kadernya justru tidak mencerminkan
sebagai partai islam. Kita pasti belum lupa bagaimana mantan presiden PKS yaitu
Lutfi Hasan Ishak dipidana karena korupsi. Mantan gubernur Sumatera Utara yang
juga kader PKS menjadi pesakitan akibat korupsi. Dan tentu yang paling miris
adalah kader partai ini justru menjadikan huruf dan istilah di dalam Al Quran
sebagai kode untuk kegiaatan korupsi mereka. Dalam kasus ini bahkan mereka
telah melakukan penistaan sesungguhnya terhadap keagungan dan kesucian Al
Quran. Jadi pantaskah partai penghasil koruptor ini disebut sebagai partai
Allah.
Yang
terakhir adalah Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra. Partai ini adalah partai
yang secara ideologi mirip dengan PAN yang mengusung pancasila sebagai ideologi
partai. Jadi sebenarnya dari segi ideologi, partai ini sudah tidak dapat
dikatakan lagi sebagai partai Allah karena tidak berideologi islam. Kemudian di
awal kemunculan partai ini, aroma nasionalis begitu melekat sehingga banyak
menyaring kader yang bukan hanya dari orang-orang islam tetapi juga dari
kalangan non islam. Seiring berjalannya waktu, pola gerakan gerindra yang tadinya
sangat nasionalis perlahan berubah ke arah islam radikal seiring bertambah mesranya
mereka dengan PKS. Sedangkan dari segi kader, yang terbaru di daerah Bali kader
mereka terlibat dalam peredaran narkoba sehingga sangat mencoreng nama partai
ini bahkan ikut menggembosi elektabilitas Prabowo sebagai capres mereka.
Apakah
ketiga partai ini sudah berhak menyandang sebagai partai Allah seperti Prabowo
yang menurut tim suksesnya adalah titisan Allah SWT sebagaimana yang
diucapkannya dalam kontestasi pilpres 2014. Kemudian selanjutnya menurut Amien
Rais, partai yang berseberangan dengan ketiga partai ini adalah partai setan.
Terminologi partai setan seharusnya dijelaskan lebih detail lagi dengan syarat
yang lebih rasional dan bukan hanya karena partai ini berseberangan dengan
pilihan politik Amien Rais. Jika parameter partai setan adalah partai yang
korupsi, maka hampir semua partai punya kader seperti itu. Jika parameter
lainnya partai setan adalah partai penuh maksiat maka PKS yang punya kader
mesum, gerindra yang punya kader narkoba, dan PAN yang ketua umumnya punya anak
tukang dugem di luar negeri, haruslah juga disebut partai setan. Apalagi jika
kita ingin jujur, jika parameter partai setan itu adalah penyebar berita bohong
sebagai salah satu ciri orang munafik, maka partai yang disebutkan di atas
banyak memiliki penggemar yang suka menyebarkan berita bohong.
Jadi
sebenarnya adalah hal yang ceroboh ketika Amien Rais dengan mudahnya
mendokotomi jenis partai di Indonesia hanya dikarenakan syahwat politiknya.
Hampir semua partai di Indonesia yang telah beberapa kali ikut pemilu memiliki
kader yang bobrok mulai dari korupsi, narkoba, asusila, hingga kejahatan
lainnya. Sehingga sangat menggelikan jika dengan beraninya Amien Rais
menggandeng nama Allah SWT Yang Maha Suci itu di dalam kancah politik Indoneisa.
Sekali lagi bahwa memainkan unsur agama di dalam kepentingan politik adalah hal
yang harus dihindari seperti yang dilakukan oleh Amien Rais. Kita semua di
Indonesia bukanlah Nabi maupun utusan langsungnya sehingga kemungkinan untuk salah
akan sangat besar termasuk di dalam pilihan politik.
Maka
dari sekarang sebaiknya hindari penggunaan simbol agama di dalam berpolitik
karena agama terlalu suci untuk dikotori dengan syahwat politik. Saya
sebenarnya bukan orang yang antipati dengan masuknya nilai-nilai agama di
kancah politik, yang saya permasalahkan jika yang dibawa adalah simbol dan celakanya
itu hanya bertujuan untuk memuluskan ambisi politik. Mari belajarlah berpolitik
dari Nabi Muhammad SAW yang berhasil mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshor
tanpa membagi mereka sebagai kubu Allah maupun kubu setan. Kita juga harusnya
belajar politik dari Nabi Muhammad SAW bagaimana kecemerlangannya dalam
menyatukan kaum muslimin, yahudi, dan nasrani di bawah paying Piagam Madinah
tanpa mendokotomi mereka dalam barisan Allah maupun barisan setan. Sudah
selayaknyalah sosok seperti Amien Rais belajar dari itu semua seperti yang
telah dilakukan oleh salah seorang guru bangsa, Buya Syafii Maarif.
Comments
Post a Comment