Abdul
Somad atau yang biasa disapa Ustadz Abdul Somad (UAS) adalah salah satu
penceramah yang sedang naik daun terutama di media sosial. Hampir setiap saat,
ceramahnya disebar di laman media sosial. Ada yang kagum akan penjelasannya
mengenai hukum-hukum islam. Ada pula yang tertarik dengan ceramahnya karena
banyak diselingi hal-hal lucu sehingga kadang mengundang gelak tawa para
jamaahnya. Serta ada juga yang tertarik karena beberapa ceramah UAS menunjukkan
bahwa ia adalah pihak yang pro terhadap pendirian khilafah.
Tetapi
sehebat dan setenarnya UAS, diapun hanyalah manusia biasa. Beberapa ceramahnya
berangkat dari asumsi dan klaim sepihak bahkan cenderung ditambahkan propaganda
pengusiran sehingga justru mengundang kontroversi bagi yang tidak sepakat
dengan ceramah UAS. Dalam catatan saya, ada empat pernyataan UAS yang mengandung kekeliruan bahkan bisa
menimbulkan fitnah sehingga sangat rentan mengundang perpecahan.
Yang
pertama adalah ceramah yang menyebutkan jika Bashar Al Assad adalah seorang
pembunuh rakyat Suriah. Pernyataan yang dikeluarkan oleh UAS ini berkaitan
dengan perang Suriah dan sangat dipengaruhi oleh propaganda-propaganda salah
media mainstream Indonesia yang kebanyakan mengutip berita dari media barat
yang sesungguhnya merupakan corong untuk melemahkan pemerintahan Bashar Al
Assad di Suriah. Mungkin kita masih ingat bagaimana masivnya media-media barat
dan takfiri (keduanya adalah media yang kontra dengan Bashar Al Assad)
melaporkan bahwa Assad melakukan kekejaman di Aleppo, Suriah. Bahkan untuk
memperkuat propaganda itu, maka disertakanlah gambar-gambar yang diklaim itu
adalah bukti pembantain di Aleppo.
Dan
waktu pun telah membuktikan bahwa itu semua adalah bohong. Karena faktanya,
banyak foto-foto yang disebarkan dengan caption korban di Aleppo ternyata
adalah hasil editan dari peristiwa di tempat lain. Ada korban pengeboman di
Irak yang dikliam sebagai korban kekejaman tentara Assad di Suriah. Ada pula
korban serangan bom di Pakistan yang diberi caption sebagai korban tragedi
Aleppo. Dan masih banyak lagi bumbu-bumbu hoax yang beredar. Dan seperti
kebanyakan pengagum hoax di negeri ini yang malas klarifikasi, UAS pun dengan
lahap menyantap berita itu dan memprovokasi ke para jamaahnya.
UAS
juga mungkin lupa bahwa Assad adalah presiden yang dipilih oleh rakyat Suriah
melalui pemilihan umum dengan persentase suara di atas 70% yang bahkan
mengalahkan kemenangan di beberapa negara-negara demokrasi di Eropa. Apakah UAS
tidak tahu atau sengaja tidak tahu tentang hal itu. Mengapa UAS tidak pernah
menyinggung Arab Saudi yang menyerang Yaman jika memang ia ingin berbicara penindasan
dan konflik di Timur Tengah. Padahal Yaman adalah negara muslim sekaligus negara
Arab. Mengapa pula ia tidak pernah menyinggung bagaimana Rezim Al Khalifa di
Bahrain melakukan penindasan terhadap warga yang kontra dengan pemerintah. UAS
dalam hal ini tidak terlalu paham bahwa konflik Timur Tengah adalah konflik
yang sangat kompleks sehingga akan sangat kerdil kesimpulan yang diambil jika
hanya merujuk pada media-media mainstream yang kebanykan mengambil berita dari
media-media barat yang kita paham bersama bahwa sangat banyak media barat yang
menjadi corong kepentingan zionis di Timur Tengah.
Yang
kedua UAS menyuruh untuk mengusir muslim syiah yang shalat di masjid
ahlussunnah. Pernyataan ini tidak lebih dari sebuah pernyataan kebencian
terhadap mazhab tertentu. Ustadz lulusan luar negeri ini hendak mengimpor
konflik sektarian yang terjadi di Timur Tengah ke Indonesia. UAS juga hendak
membuat label jamaah yang berbeda mazhab tidak bisa melakukan ibadah. Bukankah
masjid adalah milik semua umat muslim dan tidak ada sekat mazhab yang membatasi
itu. UAS pula tidak belajar bagaimana Arab Saudi sebagai pengelola masjidil Haram
yang ada di Makkah bahkan tidak pernah melarang muslim syiah untuk beridah
disana.
UAS
juga tidak jujur kepada jamaahnya bahwa syiah dalam hal ini syiah jafariah yang
mayoritas di Iran, Irak, dan Lebanon dan syiah zaidiah yang mayoritas di Yaman
telah diakui sebagai mazhab bagian dalam islam seperti yang ditetapkan di
Risalah Amman, Yordania. Apakah UAS tidak tahu tentang Risalah Amman ini atau
pura-pura tidak tahu. UAS juga sepertinya menafikan bagaimana Rektor Al Ahzar
sejak zaman Syeikh Salim Al Bisri Al Maliki, Syeikh Mahmud Syaltut, hingga
Syeikh Ahmad Thoyyib telah memasukkan mazhab syiah sebagai bagian dari islam.
Mengapa UAS tidak memasukkan ini sebagai pertimbangan. Ataukah memang ada
gerakan sistematis yang dilakukan guna memicu pertentangan sektarian yang
diawali dengan ceramah berbau kebencian mazhab.
Yang
ketiga UAS merupakan salah satu penceramah yang pro dengan konsep khilafah. Hal
ini tidak mengherankan karena di beberapa kesempatan ia berada di dalam
pertemuan HTI yang merupakan organisasi terlarang. UAS juga di beberapa
kesempatan ceramahnya dengan lantang menyuarakan khilafah. Selain itu UAS
pernah duduk satu kursi dengan Maher At Thuwailibi dan sepertinya mereka akrab.
Maher ini sendiri adalah orang yang pernah menyebut dalam ceramahnya secara
implisit bahwa pemerintah itu kafir dan thogut. Serta ia menyebutkan bahwa ISIS
dan HTI hanyalah kambing hitam. Dan bahkan memaki polisi dengan sebutan
monyet-monyet berseragam cokelat. Jadi jelas bahwa ada relevansi sehingga tidak
ada yang perlu dipertanyakan lagi dukungan UAS terhadap khilafah.
Dan
yang terkahir dan paling kontroversi adalah tuduhan UAS kepada Nabi Muhammad
SAW bahwa beliau tidak dapat mewujudkan rahmatan lil alamin selama 40 tahun
masa kenabiannya. Dan bahkan UAS menganggap jika setelah itu yaitu 13 tahun
fase kenabian di Makkah, Nabi SAW berada dalam lemah dan tertindas. Sekali lagi
UAS yang sudah menjadi penceramah terkenal ini lupa bahwa ada firman Allah SWT
yang mengutus Nabi SAW sebagai rahmatan lil alamin.
“
Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi
alam semesta “. (QS Al Anbiya : 107)
Mengapa UAS sampai
berpendapat seberti itu sedangkan Allah SWT sendiri sudah berfirman. Bukankah
Al Quran adalah ayat yang tidak ada keraguan di dalamnya seperti di dalam firman
Allah.
“ Inilah kitab yang
tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” . (QS
Al Baqarah : 2)
Jika UAS tetap pada
prinsipnya bahwa selama fase kenabian, Nabi Muhammad SAW tidak bisa mewujudkan
rahmatan lil alamin, berarti UAS telah berusaha untuk berbeda pendapat dengan
Al Quran dan pastilah ini memiliki konsekuensi sesuai dengan QS Al Baqarah ayat
2.
Empat poin ini hanyalah
sebagian kecil dari ceramah-ceramah kontroversi UAS yang setidaknya telah
membuka pikiran kita semua tentang sosoknya. Dan karena itu, UAS bisa dkritik karena
itu semua dilakukan untuk menjaga NKRI dari para penumpang gelap gerakan
takfiri dan penyembah khilafah.
Comments
Post a Comment