Banyaknya
pendukung gerakan zionisme Israel terlebih lagi klaim sepihak Presiden Amerika Serikat
yaitu Donald Trump sekaitan dengan Al
Quds (Jarussalem) sebagai ibu kota Israel oleh sebagian saudara-saudara kita
dari kalangan umat kristiani lebih didasari pada pemahaman mereka bahwa Israel itu
adalah bangsa pilihan Tuhan. Di dalam tulisan ini saya tidak dalam kapasitas
ingin mengkritisi apakah ayat tersebut benar memiliki pemahaman seperti itu
ataukah itu hanyalah klaim kebohongan semata karena saya tidak berkompeten di
dalam tafsiran injil, tetapi di dalam tulisan ini saya lebih banyak akan
membahas mengenai adanya kontradiksi pemahaman para pro zionis ini dalam
menyikapi sepak terjang gerakan zionisme di tanah Palestina.
Pertama
adalah para pro zionis ini sering menjual ayat-ayat agama untuk pembenaran
penindasan rezim zionis kepada bangsa Palestina. Dengan menggunakan propaganda
sebagai bangsa pilihan Tuhan dan tanah yang dijanjikan, okupasi dan pencaplokan
tanah-tanah bangsa Palestina pun dilakukan atas nama Tuhan. Para bangsa pilihan
Tuhan ini (saya lebih senang menyebutnya imigran gelap) yang ternyata datang dari
eropa dan otomatis keturunan langsungnya dengan Nabi Musa AS sebagai Nabi orang
yahudi patut dipertanyakan. Ingat, mereka itu adalah imigran eropa yang
tercerai berai akibat dari tindakan NAZI dan tidak memiliki keturunan di tanah
Palestina. Nah disini saya melihat bahwa bukan hanya di kalangan umat islam
saja yang banyak mengalami overdosis agama, tetapi di kalangan kristiani pun
mengalami hal yang sama. Dengan penafsiran sempit sebuah ayat, maka tindakan
apapun dilakukan termasuk pengusiran dan pembunuhan.
Saya
mau tanya kepada para pembela zionis ini, apakah Anda dengan sukarela akan
menyerahkan tanah Anda kepada orang yang tiba-tiba datang dengan membawa
klaim-klaim ajarannya bahwa ini adalah tanah yag dijanjikan untuk mereka. Pastilah
Anda tidak akan rela apalagi jika Anda
memiliki legalitas atas tanah tersebut dan telah menempatinya sudah sangat
lama. Begitupun yang akan dilakukan oleh bangsa Palestina dalam mempertahankan
wilayahnya. Dengan klaim agama yang sering diberikan oleh para zionis ini tidak
serta merta menjadikan bahwa tindakan ini benar karena bangsa Palestina telah
sangat lama menempati wilayah itu. Ini yang saya lihat bahwa para pro zionis tidak
ada bedanya dengan para pro ISIS dan wahabi yang doyan menjual ayat demi
membenarkan tindakan tuan-tuannya.
Kedua
adalah klaim romantisme sejarah. Bukan hanya ISIS yang sering mengenang sejarah
masa lalunya untuk dijadikan pembenaran dalam tindakannya, melainkan para pro
zionis ini pun membela matia-matian peristiwa holocaust sebagai dasar
dibentuknya dengara Israel. Banyak yang meragukan peristiwa ini terutama dalam
jumlah korban yang masih perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Sungguhpun peristiwa
ini dianggap benar-benar terjadi, maka seharusnya negara zionis Israel itu
diciptakan di wilayah Eropa terutama di daerah Jerman sebagai pihak yang merasa
bertanggung jawab atas pembantaian yahudi oleh NAZI. Dan bukan malahan
menimpakan beban itu ke wilayah Palestina. Logikanya seperti ini, jika ada
seorang yang melakukan pencurian maka seharusnya yang dihukum adalah orang
tersebut dan bukan tetangganya. Jika Eropa dan Jerman merasa bertanggung jawab
atas pembantaian orang yahudi di era NAZI, maka orang Eropa dan Jermanlah yang
bertanggung jawab memberikan sebidang tanahnya untuk dibuatkan negara yahudi
dan bukan malahan dilimpahkan kepada bangsa Palestina. Mereka juga tidak
menyadari bahwa holocaust sebenarnya justru telah terjadi di Palestina. Hal itu
terjadi sekarang dan tidak akan ada yang meragukan keabsahan pembantaian itu.
Pemikiran
seperti ini tidak jauh beda yang dilakukan oleh pro ISIS yang ingin membuat negara
muslim seperti pada masa khalifa pasca meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Lagi-lagi
romantisme sejarah menjadi dasar untuk membuat malapetaka. Saya tidak tahu
apakah para pro zionis sadar atau tidak sadar dengan ini semua bahwa kritikan
mereka terhadap ISIS ternyata dilakukan juga oleh mereka.
Ketiga
adalah tentang klaim kemanusiaan, anti rasisme, dan hidup dalam keberagaman
yang menjadi jargon mereka tentang negara Israel tetapi buktinya menunjukkan
hal yang berbeda. Apakah ada arti nilai kemanusiaan dengan mengusir paksa para
penduduk asli di tanah Palestina hingga ada yang dibunuh dengan sangat kejam. Apakah
ada nilai kemanusiaan ketika ada sekelompok imigran gelap datang dari dunia
lain dan melakukan perampokan seraya berkata ini tanah nenek moyang kami dan
ini adalah tanah yang dijanjikan. Apakah ada nilai kemanusiaan ketika membatasi
hak hidup warga lain bahkan memblokadenya. Apakah menangkapi anak kecil
kemudian memenjarakannya tanpa melalui pengadilan yang layak dapat disebut
sebagai nilai-nilai dari kemanusiaan. Apakah menomorduakan mereka selain yang
memeluk agama yahudi sebagai bagian dari anti rasisme. Para pro zionis tidak
menyadari bahwa ketika mereka teriak-teriak ISIS sebagai gerakan bar-bar, di
saat yang lain mereka justru mengamini gerakan yang justru jauh lebih bar-bar dan
dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina. Klaim kemanusiaan, anti
rasisem, dan hidup dalam keberagaman hanya propaganda belaka sebagai dalih
tindakan bar-bar mereka.
Para
pro zionis ini tidak sadar bahwa zionisme dan ISIS termasuk Wahabi adalah pihak
yang sama-sama ingin melemahkan gerakan perlawanan di Timur Tengah. Pembahasan ini
harus dipahami secara geopolitik. Jadi seperti ini, Israel hingga saat ini
masih berstatus perang dengan Suriah (bagian dari gerakan perlawanan di Timur Tengah
bersama Hizbullah Lebanon, Hamas dan Jihad Islam di Palestina, serta Iran),
sementara ISIS dan wahabi (ideologi umum pemberontak Suriah) juga ikut
berperang dengan pemerintahan sah Suriah. Artinya antara zionis dan ISIS serta
wahabi memiliki musuh yang sama yaitu pemerintahan sah Suriah termasuk gerakan
perlawanan. Ada kesamaan lainnya antara zionis dan wahabi (ideologi resmi kerajaan
Arab Saudi), mulai dari kedua entitas ini memiliki hubungan yang erat dengan
Amerika Serikat, menganggap Hamas dan Hizbullah sebagai organisasi teror,
hingga keduanya pun bersepakat bahwa Iran musuh utama mereka. Jadi sangat jelas
secara geopolitik, zionis, ISIS serta wahabi banyak memiliki kesamaan. Dan sudah
selayaknya para pro zionis ini sadar bahwa mereka tidak lebih baik dari para
kombatan ISIS dan para pendukung Saudi. Mereka semua adalah biang kerusuhan dan
instabilitas di Timur Tengah.
Terakhir,
para pro zionis ini tidak sadar bahwa gerakan zionis itu sendiri tidak
memandang bulu dalam melakukan kekejaman. Bukan hanya muslim Palestina yang
harus menderita di bawah pendudukan rezim zionis Israel, mereka juga yang kristen
dan yahudi ikut merasakan. Gerakan zionis bukanlah sebenarnya sebuha gerakan
yang berangkat dari pemahaman agama yang benar, tetapi lebih pada gerakan
politik dalam memegang kendali dunia. Maka tidak heran banyak pendukung dari
gerakan zionis ini adalah gerakan imprealis terutama dukungan dari Amerika
Seikat yang kita tau sendiri adalah gerbong dari gerakan imprealis dunia. Sedangkan
gerakan zionis sendiri malahan mendapat kecaman dari negara dunia ketiga yang
tidak semuanya merupakan pemimpin negara muslim. Kita bisa lihat beberapa negara
Amerika Latin yang mayoritas beragama katolik justru mendukung perjuangan Palestina
seperti Presiden Bolivia yaitu Evo Morales, Presiden Venezuela yaitu Nicolas Maduro,
Pemimpin Kuba yaitu Raul Castro, hingga pemimpin negara komunis Korea Utara yaitu
Kim Jong Un, Presiden Cina dan Rusia yang bahkan mendesak segera dibentuknya negara
Palestina merdeka dengan Al Quds (Jarussalem) sebagai ibukotanya.
Mereka
semua melihat bahwa penderitaan bangsa Palestina adalah masalah kemanusiaan dan
tidak hanya berbicara tentang agama. Karena Palestina sendiri adalah rumah bagi
bersama untuk muslim, kristen, dan yahudi. Jadi apakah saudaraku pro zionis
bisa memahami ini. Karena jika tetap tidak bisa memahami ini maka sebenarnya
pimikiran yang terbangun ternyata tidak jauh beda dengan pemikiran ISIS dan
wahabi yang overdosis agama, taklid buta, rasis, dan sangat jauh dari nilai
kemanusiaan.
Comments
Post a Comment