PELAJARAN DARI PALESTINA UNTUK FELIX SIAUW

Bagi seorang Felix Siauw, mencintai tanah air tidak memiliki dalil. Dikarenakan tidak memiliki landasan hujjah, makanya membela tanah air bukan bagian dari ajaran islam. Sehingga tidak ada alasan untuk melakukan itu. dan hal itu pula berlaku pada nasionalisme dan demokrasi. Baginya umat islam harus dipersatukan dalam satu naungan khilafah yang dengan serta merta menolak adanya negera bangsa seperti Indonesia. Begitupun dengan demokrasi. Baginya demokrasi adalah sebuah sistem kufur ciptaan barat yang semestinya tidak diikuti oleh umat islam. Jalan keluar dari problematika yang terjadi bukan demokrasi melainkan sistem khilafah. Islam adalah ajaran paripurna sehingga dengan sendirinya mulai dari urusan terkecil hingga urusan masyarakat telah dijabarkan di dalam islam. Dan lewat propagandanya, solusi semua itu adalah khilafah.

Felix Siauw adalah seorang kader organisasi terlarang di Indonesia pengusung khilafah yaitu HTI. Sama seperti kombatan PKI di zaman orde lama, para kader HTI menggunakan berbagai corong untuk melakukan propaganda. Jika PKI banyak menyasar kaum buruh dan tani yang dianggap tersisihkan oleh pesatnya pembangunan akibat lahan produksi yang semakin banyak, HTI menggunakan sentimen agama dalam menyebarkan ajarannya. Isu kriminalisasi ulama, antek asing dan sebagainya adalah bualan basi mereka yang ternyata masih laku di pasaran terhadap mereka yang masih terjangkiti penyakit fanatisme buta. Bahkan bagi HTI dan Felix Siauw sendiri, mereka selalu menganggap kelompoknya adalah kelompok pembela islam yang terdepan termasuk dalam melihat persoalan Palestina. Benarkah demikian klaim-klaim dari HTI itu? Saya sebenarnya melihat persoalan Palestina lebih pada dagangan pentolan HTI termasuk Felix Siauw demi memuluskan langkah hegemoni khilafahnya.

Mari kita berpikir, Palestina adalah sebuah daerah yang hingga saat ini masih terjajah dan berada di dalam cengkraman Israel. Para warga Palestina melakukan perjuangan baik itu berupa jalur diplomasi maupun peperangan dalam menghadapi Israel. Hal yang sama kita pernah lakukan sebagai bangsa Indonesia ketika menghadapi penjajahan Belanda maupun Jepang. Artinya masyarakat Palestina menyadari bahwa tanah airnya harus diperjuangkan agar dapat memperoleh kemerdekaan. Berarti secara jelas dan gamblang, warga Palestina mengakui adanya tanah air Palestina. Mengakui adanya negara Palestina dan adanya tumpah darah Palestina. Mereka tetap mengakui adanya sekat-sekat nasionalisme berupa negara bangsa yang bukan hanya milik islam saja, tetapi ada kristen dan yahudi.

Disinilah muncul pertanyaan besar, jika HTI dalam hal ini Felix Siauw adalah seorang pembela Palestina maka seharusnya ia paham akan pentingnya sebuah arti nasionalisme. Sebuah arti mencintai tanah air dan sebuah arti adanya ikatan sebagai sebuah masyarakat dalam lingkup negara bangsa. Bukan malahan ingin meniadakan negara bangsa itu menjadi satu kepemimpinan tunggal. Saya tidak mengerti model seperti apa yang dijadikan rujukan oleh HTI dan Felix Siauw tentang konsep khilafah ini. Mulai dari rujukan primer islam Al Quran dan Hadist hingga jika kita melihat sejarah sejak nabi Muhammad SAW hingga di era kesultana Turki Usmani tidak memiliki korelasi dengan konsep mereka. Di era nabi Muhammad SAW hingga kesultanan Turki Usmani tetap mengenal sekat-sekat wilayah. Nabi Muhammad SAW membuat Piagam Madinah dengan penduduk yahudi pada saat itu dengan membatasi wilayahnya. Begitupun dengan kesultanan Turki Usmani yang tetap membatasi wilayahnya dan tidak mengenal konsep kepemimpinan tunggal.


Jadi wajar ketika ada yang meragukan niat dari HTI dan Felix Siauw ini dalam mencoba tampil sebagai pembela terdepan rakyat Palestina, tetapi di tempat lain menjadi antitesa dari sebuah kecintaan terhadap tanah air. Seharusnya pelajaran sejarah bangsa Indonesia yang berjuang mati-matian dalam melawan penjajah harus diberikan ulang kepada HTI dan Felix Siauw supaya mereka paham akan nilai-nilai perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan kita. Saya juga menduga jika HTI dan Felix Siauw ini memang sengaja diciptakan dan dimasukkan ke dalam Indonesia untuk memcah belah NKRI. Dan jika itu memang betul adalah target mereka, maka selayaknya kita mewaspadai mereka karena konsep kepemimpinan tunggal dan antitesa terhadap negara bangsa mereka tidak berbeda dari pemahaman sebagian kaum komunis yang ingin meniadakan Negara bangsa. Dan tentunya kita belum melupakan sejarah tentang sepak terjang PKI di Indonesia.



Comments