Rumah Kita Bernama Indonesia

Tidak ada yang lebih penting di hari kemerdekaan kecuali berbicara persatuan Indonesia. Ya, memang itulah yang harus dirajut oleh bangsa Indonesia. Tidak peduli apapun suku, agama, ras, ataupun kelompokmu karena kita berada dalam satu rumah yaitu Indonesia.
Rumah Indonesia ini punya pondasi yang bernama pancasila. Pondasi inilah yang menjadi dasar berdirinya rumah Indonesia. Jadi ketika ada yang mau mengganti dasarnya, mereka adalah pengkhianat. Mereka adalah pemecah bangsa. Mereka adalah perusak bangsa.
Mari mengimplementasikan nilai-nilai pancasila dan bukan sekadar hafalan semata.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Implementasi kebaikan agama dan toleransi menjadi substansi di sila ini. Tidak ada lagi pengusiran seseorang hanya karena perbedaan agama. Tidak ada lagi pelarangan ibadah kelompok agama tertentu. Tidak ada lagi tindakan intimidasi, diskriminasi, dan persekusi hanya karena perbedaan agama. Karena semua itu tidak mencerminkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab.
Ketika kemanusiaan diterjemahkan lebih ekslusif maka yang akan terjadi pembakaran manusia di depan umum padahal dia butuh keadilan dalam menjelaskan dirinya di mata hukum. Ketika kemanusiaan dipahami terbatas hanya pada ruang lingkup materi, maka yang akan terjadi adalah perampokan uang rakyat dibungkus dengan pakaian agama. Adakah ini kemanusiaan yang adil dan beradab?

3. Persatuan Indonesia
Tidak ada lagi dikotomi hanya karena ada melayu, jawa, makassar, dayak, papua, islam, kristen, hitam, kuning, putih ataupun lainnya. Semua telah terakomodir di dalam rumah besar Indonesia. Tidak ada lagi inferior dan superior. Tidak ada lagi mayoritas dan minoritas. Semua sama karena Indonesia. 

Dan tiba-tiba sekarang tikus-tikus liar mulai muncul dengan adanya sekelompok orang yang mengatakan jika persatuan bangsa tidak punya dalil dan mengharamkan nasionalisme Indonesia. Gerakan ini didukung oleh para pemimpi dan masyarakat gagal beragama karena telah berpindah agama dan menjelek-jelekkan agama selumnya yang dia anut. Bahkan anehnya menjadi artis panggung media sosial dengan banyak pengikuy. Dan mereka pun memberi janji manis dengan konsep khilafah yang bahkan di negara asalnya tidak laku.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
Sistem perwakilan dalam penyaluran aspirasi rakyat adalah sistem negara ini. Makanya agak heran jika ada yang memberinya cap "thogut" dan menawarkan sistem lain. Dan parahnya lagi didukung oleh seorang profesor.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial untuk kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan. Termasuk kepercayaan tradisional dan kaum yang sering diintimidasi.
Keadilan sosial untuk memunculkan simbol keagamaan tanpa rasa takut. Jangan alergi dengan patung, salib, babi, anjing, termasuk juga dengan gamis, jenggot, cadar, penutup wajah, dan celana cingkrang karena itu bagian dari ekspresi kebebasan beragama. Jangan pula phobia dengan simbol tertentu seperti palu dan arit. Palu itu simbol buruh dan arit itu simbol petani. Bukankah buruh dan tani adalah bagian dari masyarakat Indonesia.

Keadilan sosial juga adalah kebebasan menyampaikan pendapat dan membentuk serikat serta berkumpul.
Keadilan sosial juga mencakup pembangunan merata. Mencabut subsidi listrik untuk diberikan kepada mereka yang belum pernah menikmati listrik. Mencabut subsidi BBM untuk membaginya dengan mereka yang masih membeli semen dengan harga Rp 500.000/sak sedangkan kita menikmati harga hanya 1/10 dari itu.
Serta keadilan-keadilan lainnya yang belum terwujud di negeri ini.

Rumah bersama Indonesia ini harus dijaga dengan pondasi Pancasilanya. Saya sedikit cemburu dengan tempat saya sekarang berdomisili. Tempat dimana agama yang saya yakini tidak dominan dipeluk warga disini tetapi tidak ada caci maki dari mereka terhadap keyakinan yang saya anut. Tidak ada label "domba tersesat" yang diucapkan mereka kepada saya. Bahkan dengan toleransinya yang tinggi, saya diantarkan untuk shalat jumat. Hal yang mulai langka saya dapati di kampung kelahiran saya. Bid'ah, sesat, kafir dan semacamnya adalah kata-kata favorit yang sering keluar dari pengeras suara di masjid dan hebatnya pengurus masjid sepertinya menikmati nyanyian itu.
Mari bersama-sama kita juga Rumah Bersama Indonesia yang sekarang sudah mulai digerogoti tikus liar bernama radikalisme, intoleransi, dan anti pancasila. Lawan mereka sesuai dengan kemampuan kita karena jika tidak, mereka yang akan menghancurkan rumah bersama kita Indonesia.

Ingat,,,,
KEJAHATAN TERJADI BUKAN KARENA BANYAKNYA ORANG JAHAT, TETAPI KARENA BANYAKNYA ORANG BAIK YANG DIAM MELIHAT KEJAHATAN ITU...
Dirgahayu Republik Indonesia ke 72. Merdeka...

Comments