OBAMA, DAN DOSA-DOSANYA TERHADAP PERADABAN
Di akhir Juni 2017, Barack Obama yang merupakan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) bersama keluarga melakukan liburan di Indonesia. Ada beberapa tempat yang rencananya ia akan kunjungi selama di Indonesia. Media-media di tanah air pun tidak luput dari pemberitaan mengenai kedatangan barack Obama ke Indonesia. Beberapa masyarakat pun begitu antusias menyambut kedatangan mantan pemimpin negara adidaya ini. Memang sudah selayakanya jika kita bersikap sopan dalam menyambut tamu dan itu memang sudah sewajarnya. Tetapi, sadarkah kita bahwa Obama yang ketika menjadi Presiden AS memiliki banyak dosa terhadap masyarakat dunia. Ada beberapa dosa yang ia lakukan dalam hal ini kapasitasnya sebagai Presiden AS, diantaranya:
a. AS di bawah pemerintahan Obama masih melanjutkan kebijakan destruktif terhadap Afghanistan dan Irak dengan dalih memerangi terorisme. Alih-alih membuat Afghanistan dan Irak lebih aman, justru yang terjadi adalah bertambah kacaunya keadaan di negara ini. Keseriusan dalam perang melawan terorisme yang dipropagandakan oleh pemerintahan Obama, patut dipertanyakan dan dicurigai. Jangan sampai alasan memerangi terorisme hanyalah sebuah alibi untuk melakukan penghancuran terhadap suatu negara. Kita bisa lihat bagaimana kelompok Taliban hingga saat ini tidak bisa dikalahkan dengan persenjataan canggih yang dimiliki oleh AS. Dalam sebuah wawancara, Hillary Clinton yang ketika AS dipimpin oleh Presiden Obama adalah seorang menteri luar negeri menjelaskan di hadapan Kongres Amerika, yang disiarkan CNN menyebutkan bahwa AS membiayai Al-Qaeda dan Taliban serta memanfaatkan aliran Wahabi yang dianut mayoritas masyarakat Saudi sebagai penyemai benih terorisme (1).
Kita juga bisa lihat keadaan Irak di masa pemerintahan Obama. Pada tahun 2014, sebuah kelompok teror transnasional yaitu ISIS berhasil menguasai sebagian besar daerah Irak bahkan memproklamirkan negara kekhalifaannya disana. Banyak bukti yang menunjukkan jika ISIS merupakan buatan AS. Dalam sebuah wawancara, mantan Menlu AS di masa pemerintahan Presiden Obama yaitu Hillary Clinton membuat sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan. Dia mengakui bahwa ISIS adalah sebuah gerakan yang sengaja dibuat oleh AS untuk memecah belah Timur Tengah dan Islam (2). Dikutip dari harian Mesir, Elmihwar, ISIS dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS bersama negara sekutunya. Pernyataan Hillary tersebut dikuatkan oleh pernyataan mantan karyawan Kontrak US National Security Agency (NSA), Edward Snowden. Seperti dilansir Globalresearch (3), ISIS adalah hasil kerjasama antara Inggris, AS dan Israel dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi ‘teroris’ terorganisir.
b. Negara tetangga Afghanistan yaitu Pakistan, juga tidak terlepas dari kebijakan destruktif pemerintahan Obama. Daerah perbatasan Afghanistan-Pakistan kerap dijadikan sasaran drone militer AS dengan dalih memerangi teroris yang bersembunyi di daerah perbatasan. Dan beberapa hasil dari serangan drone itu justru menewaskan rakyat sipil yang tidak berdosa. Alih-alih meminta maaf dari kesalahan operasi militer yang dilakukannya, pemerintahan Obama berkelit bahwa operasi itu bagian dari perang terhadap terorisme walaupun beberapa kali salah sasaran.
c. AS juga di bawah pemerintahan Obama bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi di beberapa negara timur tengah seperti Libya, Suriah, dan Yaman. Sebagai bagian dari proyek arab spring (tetapi saya lebih melihat dari proses destabilisasi timur tengah), AS dan NATO melakukan serangan brutal ke Tripoli, ibu kota Libya. Dengan dalih menegakkan demokrasi karena presiden Muammar Khadafi dituduh otoriter dalam memipin rakyat Libya, maka proyek penghancuran pun dilakukan. Inggris yang begitu bersemangat menembakkan rudal tomhawknya. Perancis tidak kalah bersemangat, pesawat tempurnya membombardir pangkalan militer Libya. Dengan serangan yang terus menerus dilancarkan, mereka berharap Khadafi segera ditumbangkan. Di sisi lain, serangan tersebut menguntungkan para pemberontak Libya yang seolah mendapat bantuan moril dan militer dari NATO dan AS (4). Setelah khadafi tumbang, yang terjadi adalah kekacauan yang tidak berkesudahan di Libya. Obama yang ketika itu menjabat sebagai presiden AS, sepertinya tidak belajar dari kesalahan pendahulunya yaitu George W. Bush yang menyerang Irak dengan dalih adanya senajata pemusnah massal walaupun hingga kini tudahan itu tidak terbutki. Sekali lagi bahwa, watak Obama dalam memimpin AS tidak jauh berbeda dengan para pendahulunya yang gemar berperang dan mengganti pemimpin sebuah negara yang tidak pro kepada AS.
Keterlibatan AS pada masa pemerintahan Obama dalam krisis Suriah tidak terlepas dari dukungan negeri Paman Sam terhadap kelompok oposisi Free Syrian Army (FSA). Kelompok FSA merupakan kelompok pemberontak (AS dan sekutunya seperti Turki menyebutnya oposisi moderat) yang merupakan salah satu kelompok yang ingin menumbangkan Presiden Suriah yaitu Bashar al Assad. Dengan dalih kekejaman Assad terhadap rakyat suriah (propaganda yang mirip dengan isu di Libya) maka AS dan sekutunya mendukung pergantian rezim di suriah dengan mendukung berbagai kelompok pemberontak dan teroris. Bahkan demi melegitimasi propaganda yang disebarkan, maka berbagai tuduhan, fitnah, berita bohong (hoax), dan manipulasi data dilakukan secara massif. Dan celakanya, beberapa media di negara-negara muslim justru menjadikan ini sebagai sumber berita sehingga opini awal yang terbangun di masyarakat muslim adalah bahwa Assad presiden yang otoriter. Pernah juga pada bulan Oktober 2016 pembawa berita CNN yaitu Christiane Amanpour menunjukkan foto seorang bocah Suriah bernama Omran Daqneesh kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov seraya mengatakan bahwa dokumentasi itu menggambarkan “kejahatan terhadap kemanusiaan” (5). Tetapi setelah dilakukan penelusuran terkait validitas data itu, saluran Russia Today (RT) merilis sebuah wawancara dengan ayah Omran Daqneesh yaitu Mohammad Kheir Daqneesh. Kepada RT, Daqneesh mengungkapkan bahwa alih-alih menawarkan bantuan dengan segera, relawan-relawan White Helmets (LSM pendukung teroris Suriah bahkan telah masuk ke Indonesia) justru memanfaatkan anaknya yang terluka untuk difoto (6). Propaganda jijik semacam ini terus menerus dilakukan oleh media mainstream barat sehingga membentuk opini bahwa Presiden Assad melakukan pembantaian terhadap anak-anak suriah bersama sekutunya Rusia, Iran, dan Hizbullah.
d. Jika di Libya dan Suriah, AS menggunakan para pemberontak untuk melawan pemerintahan yang sah tetapi kontra dengan kepentingan mereka. Maka di Yaman, AS menggunakan Arab Saudi sebagai sekutu utamanya di timur tengah untuk membombandir Yaman dengan dalih mengembalikan pemerintahan boneka buatan AS dan Arab Saudi yaitu mantan Presiden Mansour Hadi. AS beserta Inggris menjadi pemasok senjata bagi Arab Saudi dalam menghancurkan Yaman. Amnesty International mengatakan bahwa sisa-sisa senjata bom produksi Inggris dan AS ditemukan di tempat rumah sakit di Yaman yang hancur oleh serangan udara (7). Sebelumnya, Menteri Luar Arab Saudi yaitu Adel Al-Jubeir mengklaim bahwa pejabat Inggris dan AS hadir di pusat kontrol serangan udara Arab Saudi di Yaman, tapi tidak memainkan peran dalam memilih target mereka. Dan hingga saat ini, serangan Arab Saudi dan koalisinya yang dibantu persenjataan dari AS dan Inggris telah menewaskan puluhan ribu penduduk Yaman. Alih-alih mengembalikan kekuasaan Mansour Hadi sebagai presiden, pasukan koalisi hingga saat ini gagal melumpuhkan kekuatakan revolusioner Yaman yang dipimpin oleh gerakan Ansarullah.
e. Selain di beberapa negara muslim, pemerintahan Obama juga berada di balik kudeta mantan presiden Ukraina yaitu Victor Yanukovich yang pro Rusia. Dengan dalih keinginan rakyat Ukraina, maka AS dengan gerakan spionase CIA melakukan kudeta tak langsung lewat demonstrasi besar-besaran di lapangan Maidan, Kiev, Ukraina yang berujung pada penggulingan Yanukovich dan digantikan dengan presiden boneka AS yaitu Petro Poroshenko. Kejadian inipun memicu konflik di beberapa bagian Ukriana. Semenanjung Krimea yang didominasi warga keturunan Rusia memilih untuk berpisah dan bergabung kembali kepada Federasi Rusia pasca wilayah ini diserahkan kepada Ukraina dari Rusia sebagai bagian dari kebijakan Uni Sovyet ketika itu. Selain di Krimea, dampak dari kudeta ini terjadinya konflik di daerah Donbast (daerah timur Ukraina) yang didominasi oleh warga keturunan Rusia. Mereka menganggap bahwa pemerintahan baru Ukraina ini ingin menghilangkan bahasa Rusia yang mereka sudah gunakan bertahun-tahun disana.
Jadi dapat kita lihat bahwa, AS di bawah kepemimpinan Obama tetap melakukan kebijakan penggantian rezim di sebuah negara baik muslim maupun bukan dengan cara-cara kotor ketika rezim tersebut kontra dengan kepentingan pemerintahan AS. Selain di Ukraina, sejarah telah membuktikan bahwa tangan-tangan jahat CIA telah banyak melakukan kudeta di berbagai belahan dunia seperti di beberapa negara Amerika Latin termasuk yang sekarang mereka upayakan di Venezuela, negara yang sementara ini dipimpin oleh Nicolas Maduro yang terkenal anti AS.
f. AS juga menjadi penyebab destabilisasi semenanjung Korea. Alih-alih mengurangi ketegangan, AS di bawah pemerintahan Obama menawarkan sistem keamanan anti rudal kepada Korea Selatan yang memunculkan reaksi keras dari pihak Korea Utara dengan mencoba kembali peluncuran rudal nuklirnya. Kebijakan yang diambil oleh Obama ini tidak beda jauh dengan para pendahulunya yang lebih menekankan kebijakan destruktif daripada kebijakan konstruktif apalagi ditambah dengan sanksi terbaru untuk Korea Utara.
g. Obama tidak melakukan upaya konstruktif dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina. Bahkan, menjadi garda terdepan dalam upaya melindungi Israel. Obama tidak menggunakan pengaruhnya untuk menekan Israel dalam proyek pembangunan beberapa bangunan ilegal di Tepi Barat. Serta tidak mampu berbuat banyak ketika Israel menyerang Jalur Gaza padahal jelas-jelas menimbulkan banyak korban sipil. Sejauh pemerintahannya, Obama tidak memiliki dampak positif terhadap kemerdekaan rakyat Palestina.
Jadi kita tidak boleh melupakan dosa-dosa Obama terhadap masyarakata dunia. Nafsu Obama terhadap minyak Irak masih tinggi sehingga menciptakan monster bernama ISIS. Dengan begitu maka AS punya legitimasi lagi untuk kembali memasuki irak dan memecah belanya menjadi beberapa negara. Keinginan Kurdistan Irak melakukan referendum di bulan September 2017, tidak terlepas dari sumbangsih destruktif Obama terhadap integritas Irak. Suriah dan Libya yang pada awalnya adalah negara makmur dijadikan negara kacau oleh AS hanya karena kedua pemimpin ini tidak ingin menjadi pion AS di timur tengah. Coba bandingkan dengan negara teluk seperti Arab Saudi yang monarki dan bahkan pemilihan kepala pemerintahan melalui jalur demokrasi tidak ada. Kebijakannya yang bersifat otoriter terhadap kaum minoritas lebih buruk daripada yang terjadi di Suriah dan Libya. Mengapa AS hanya berdiam diri? Jawabannya tidak lain karena AS di bawah pemerintahan Obama adalah sekutu dari pemerintahan Arab Saudi.
Di belahan negara lain seperti di Eropa Timur, Semenanjung Korea, maupun di Amerika Selatan, kebijakan Obama tidak beda dengan para pendahulunya. Obama masih juga mewarisi kebijakan destruktif dan destabilisasi. Presiden Ukraina diganti lewat kudeta licik, Korea Utara diisolasi habis hanya karena tidak patuh pada keinginan Obama, dan Venezuela diguncang dengan krisis ekonomi hebat dikarenakan kebijakan Presiden Nicolas Maduro tidak jauh beda dengan kebijakan mantan Presiden Hugo Chavez yang kontra dengan AS.
Masihkah kita harus bangga dengan Barack Obama, anak Menteng dari Indonesia yang menjadi presiden AS. Tak ada yang harus dibanggakan dari orang seperti ini yang kerjanya hanya membunuh dan menghancurkan negara-negara yang tidak sejalan dengan kepentingan AS. Tangannya berlumuran darah bocah Afghanistan, rakyat Suriah, pejuang Palestina, masyarakat Yaman, dan semua warga dunia yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah dibunuh oleh Barack Obama, sang anak Menteng.
1. https://youtu.be/6z4pS-5cfoU
2. https://www.youtube.com/watch?v=PJLR1LhxiN0&feature=youtu.be
3. https://www.merdeka.com/dunia/benarkah-amerika-ciptakan-isis.html
4. Agung D.H, Khadafi Anjing Gila dari Sahara, Penerbit Narasi, 2011, hal. 99
5. https://indonesia.rbth.com/news/2017/06/30/kemenlu-rusia-tuntut-klarifikasi-cnn-atas-manipulasi-kisah-bocah-aleppo_wyx792752
6. https://youtu.be/NeoZyzT2khg
7. http://mirajnews.com/2016/10/senjata-barat-untuk-arab-saudi-dan-kehancuran-yaman.html
Comments
Post a Comment