MONSTER
ITU BERNAMA TERORIS, RADIKALIS, DAN ISIS
Sejak keberhasilannya menguasai Mosul
tahun 2014 kemarin, nama ISIS tiba-tiba muncul sebagai salah satu pemain utama
dalam pemberitaan-pemberitaan yang berkaitan dengan timur tengah. Tidak
berlebihan rasanya jika label ini disematkan kepada ISIS. Kepopuleran organisasi
pimpinan abu bakar al Baghdadi yang radikal dan teroris ini sendiri terjadi
karena semakin banyak pemberitaan terhadap sepak terjang mereka yang semakin
liar dan tidak terkontrol.
Banyak tindakan-tindakan mereka yang
sangat keji dengan menempatkan agama sebagai topeng. Dalam tulisan ini,
kekejaman ISIS saya akan bagi ke dalam 3 aspek, seperti berikut ini:
1.
Aspek kemanusiaan
Salah
hal yang mendasar dalam diri manusia adalah hak untuk memeluk sebuah keyakinan.
Jadi, apapun alasan kita, tidak ada hak dari seseorang termasuk pemerintah
untuk memaksakan keyakinan terhadap warganya. Tapi apa yang dilakukan ISIS
terhadap komunitas yazidi. Seperti yang diberitakan oleh dailymail.com, mereka
memberikan tiga pilihan untuk untuk komunitas yazidi ketika ISIS menguasai
daerah tersebut. Yang pertama adalah pindah agama ke agama islam, atau yang
kedua membayar jizyah sebagai jaminan keamanan, atau dibunuh. Entah apa yang
ada di pemikiran mereka. Apa mereka pernah lihat Rasul melakukan hal itu kepada
kaum nasrani maupun yahudi? Tentu jawabannya tidak. Seperti yang dialamai oleh
seorang perempuan yazidi yang bernama Samiye. Dia adalah salah satu dari
ratusan wanita yang diculik oleh militan ISIS (Negara Islam Irak Suriah) dari
komunitas Yazidi di Irak Gunung Sinjar Agustus lalu. Pasukan
ISIS memblokir jalan-jalan Sinjar dengan truk, perempuan dan anak perempuan
jadi tameng. Banyak dari mereka yang masih ditahan. Laki-laki dan anak
laki-laki lebih dari 14 berbaris di tanah dan dieksekusi. Demikian Samiye
mengisahkan seperti dirilis, Jumat Wita. Samiye cukup beruntung
bisa melarikan diri dan sudah mulai pulih di kamp pengungsi Khanke di Irak. Dia
diperkosa di Fallujah, 42 km sebelah barat Baghdad, ketika mencoba melarikan
diri dari desa. Kisahnya ini tidak jarang. Perempuan dan anak perempuan,
sebagian masih berusia lima tahun, secara teratur diperkosa dan disiksa, kata
korban.
Tak
kalah tragis, Bahar (27), ditangkap oleh militan saat dia mencoba melarikan
diri rumahnya. Dia diperkosa dua kali, sekali di Mosul
dan kedua kalinya di Suriah ketika ia tertangkap melarikan diri. Korban lainnya
Hawain, dia ditahanan selama satu bulan setengah sebelum ia melarikan diri. Gadis
14 tahun tidak tahan untuk menceritakan apa yang terjadi.
ISIS
menganggap kaum Yazidi kafir. Mayoritas masyarakat Yazidi telah dibuat
mengungsi oleh ISIS. Ratusan bahkan ribuan orang telah dibantai. The Khanke,
kamp pengungsi telah menjadi rumah lebih dari 1.000 Yazidi. Kantor
HAM menerbitkan sebuah laporan mengerikan dan menggambarkan pembunuhan,
penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual dan penggunaan tentara anak oleh
militan, menunjukkan mereka mungkin bersalah.
Kemudian
kekejaman lain yang mereka lakukan dengan mencambuk seorang bocah laki-laki dan
menerima hukuman 60 cambukan lantaran mengatakan sebuah istilah yang dibenci
oleh ISIS, yakni kata 'Daesh'. Menurut berbagai sumber, kata
'Daesh' tersebut merupakan singkatan yang digunakan musuh-musuh ISIS dan
memiliki nada negatif. Istilah itu mirip dengan bahasa Arab yang memiliki arti
orang yang membuat perselisihan. Saat dicambuk, bocah
tersebut hanya bisa menangis dan memohon belas kasihan. Ada yang menonton anak
tersebut, namun mereka seperti tanpa ekspresi melihat bocah laki-laki ini
dicambuk.
Video tersebut
telah diunggah ke berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook dan
Youtube, Di berita lainnya, untuk kesekian kalinya aksi kebiadaban ISIS
menghiasi laporan Komite PBB untuk Hak Anak. Komite itu membuka laporan
penderitaan bocah-bocah dari kaum minoritas di Irak yang dipenggal, disalib,
dijadikan budak seksual hingga dikubur hidup-hidup. ”Kami benar-benar sangat
prihatin pada penyiksaan dan pembunuhan anak-anak, terutama mereka yang termasuk
kaum minoritas, tetapi tidak hanya dari kaum minoritas,” kata Renate Winter,
pejabat di Komite PBB.
Kelompok Negara
Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang telah mengganti nama menjadi Negar Islam
(IS), menurut komite itu, menargetkan anak-anak dari etnis Yazidi dan komunitas
Kristen. Tapi, tidak hanya kaum minoritas, para pemuda Muslim Syiah dan Muslim
Sunni juga turut jadi korban kekejaman ISIS. ”Kami telah menerima laporan dari
anak-anak, terutama anak-anak yang mengalami gangguan mental yang telah
digunakan sebagai pelaku pembom bunuh diri. Kemungkinan besar mereka tidak
memahaminya,” ujar Winter kepada Reuters, Kamis (5/2/2015). Winter
juga menyoroti video online yang menunjukkan anak-anak berusia delapan tahun
bahkan lebih muda dilatih sebagai prajurit untuk kelompok militan radikal itu.
Dalam laporannya,
Komite PBB untuk Hak Anak mengutuk berbagai kekejaman ISIS di tanah Irak.
”Seperti pembunuhan sistematis terhadap anak, termasuk juga beberapa kasus
eksekusi massal anak laki-laki, serta laporan pemenggalan, penyaliban anak dan
mengubur anak hidup-hidup,” bunyi laporan komite PBB itu. “ISIS juga telah
berkomitmen melakukan kekerasan seksual sistematis pada pemuda di Irak, dengan
melakukan penculikan dan perbudakan seksual pada anak,” lanjut laporan Komite PBB.
PBB menyerukan pemerintah Irak untuk menjauhkan anak-anak dari wilayah yang
dikuasai ISIS. PBB juga meminta agar Irak mengadili para militan ISIS yang
bertanggung jawab atas kekejaman yang mereka lakukan. ”Ada tugas negara untuk
melindungi semua anak-anaknya. Intinya adalah bagaimana mereka melakukan itu
dalam situasi seperti ini?,” ujar Winter. Laporan ini merupakan yang pertama
kali mengungkap nasib anak-anak di Irak sejak tahun 1998.
Tentu juga kita
tidak bias lupa bagaimana ISIS membakar hidup-hidup pilot yordania dan dengan
bangga mereka mempertontonkannya secara luas lewat media soSial. Dan yang
terbaru adalah, dalam sebuah siaran video selama 29 menit melalui jejaring
media sosial pada Ahad, 19 April 2015, kelompok militan ini memperlihatkan
sejumlah warga Kristen Ethiopia ditangkap di Libya. Mereka ditembak atau
dipenggal kepalanya oleh kelompok militan. Redwa Hussein, juru bicara
pemerintah Ethiopia, pada Ahad, 19 April 2015, mengatakan, dia sangat yakin
bahwa para korban yang dihabisi nyawa itu merupakan migran Ethiopia yang
mencoba memasuki wilayah Eropa. Menanggapi aksi brutal tersebut, pimpinan
Gereja Tewahedo Ortodox Ethiopia, Abune Mathias, mengutuk keras insiden yang
dinilai keji itu. Kekejian ISIS yang saya sebutkan di atas, hanyalah sebagian
kecil dari kekejaman-kekejaman mereka yang tidak berperikemanusiaan dan
tindakan barbar itu.
2. Aspek
ideology
Istilah ideology
pertama kali diperkenalkan dan digunakan oleh Antoine Destutt de Tracy
(1754-1836) sekitar abad ke 18. Menurutnya, ideology adalah ilmu pengetahuan
tentang ide-ide. Ada juga yang berpendangan, ideology adalah sekumpulan gagasan
yang menjadi panduan sekelompok manusia dalam bertingkah laku mencapai tujuan
tertentu, dengan menurunkannya menjadi sebuah keyakinan. Berdasar dari penjelasan
di atas, apa yang menjadi gagasan dan tingkah laku ISIS dan menurunkannya
menjadi sebuah keyakinan memilki kemiripan dengan ideologI wahabi yang menjadi
dasar pendirian Negara Saudi dan idelogi zionis. Mengapa saya dapat mengatakan
seperti itu, mari kita bedah bersama. Berikut penjelasannya:
a. ISIS
adalah organisasi yang memaksakan segala sesuatu terhadap masyarakatnya
termasuk dalam hal fiqh. Hal ini juga dilakukan oleh para mufti Saudi, sebagai
contoh dalam hal pelabelan bidah pada saat peringatan maulId nabi. Padahal
sudah menjadi kesepakatan bersama para ulama, bahwa masalah fiqh bukan untuk
diperdebatkan karena masing-masing memiliki landasan dalam suatu perkara fiqh;
b. ISIS
sangat identik segala kepribadian yang berbau arab. Alasan mereka adalah kembali
pada sunnah rasul. Jadi islam yang mereka pahami adalah islam yang harus arab.
Ini pemikiran yang sangat rasialis. Pemikiran ini tak jauh beda dengan
pendirian awal Negara Israel yang menginginkan untuk menjadi Negara yahudi.
Jadi ISIS dan zionis adalah lambing rasialis dunai saat ini;
c. ISIS,
zionis, dan Saudi adalah garda terdepan dalam memerangi dan memusuhi iran. ISIS
dan Saudi memiliki kesamaan alasan dalam memusuhi Iran. Mereka adalah syiah dan
syiah itu halal darahnya. Itu juga sekarang yang menjadi slogan media takfiri
internasional termasuk di dalam negeri. Propaganda ini sangat berbahaya karena
mengancam keutuhan NKRI yang plural dan majemuk. Sedangkan zionis memandang
iran adalah ancaman terbesar mereka di timur tengah. Bukan Saudi maupun ISIS;
d. Ketiga
entitas ini, zionis, ISIS, dan Saudi adalah pihak yang saling menjaga dan
memahami. Bagaimana tak satupun peluru isis yang jatuh ke daerah zionis padahal
mereka diberi kekuasaan di dataran tinggi Golan sebagai tempat persembunyian
bersama pemberontak lainnya dalam upaya melawan pemerintahan Assad. Kemudian
juga apa yang dilakukan baru-baru ini oleh ISIS di kamp Yarmouk? Mengapa
pengungsi palestina yang mereka serang? Mengapa bukan zionis? Bandingkan dengan
Hizbullah di tahun 2000 dan 2006 yang berperang dengan zionis untuk membebaskan
Lebanon. Atau perang Suriah dan Israel di tahun 1967 yang berimbas pada
pencaplokan dataran tinggi Golan oleh zionis. Dan sebaliknya pula, zionis tidak
memandang ISIS sebagai ancaman karena memang sesungguhnya mereka saling menjaga
dan memahami. Sedangkan Saudi dan zionis adalah Negara yang telah bermandikan
darah kaum muslimin. Jika zionis menumpahkan darah pejuang palestina, maka
Saudi adalah monster mengerikan dalam penyerangan dengan sandi “badai mematikan”
di Yaman. Jika ingin mematikan, ya matikan saja itu Israel yang telah puluhan
tahun menjajah palestina. Itu hanyalah sedikit ulasan bahwa ketiga entitas ini
adalah penganut ideology yang sama, ditunjukkan dengan sifat, karakter dan
tindakan mereka.
3. Aspek
kebudayaan
Para akademisi di
bidang sejarah, arkeologi, atau filologi pastilah bersedih sekaligus marah
mendengar berita dari Irak ini: ISIS meluluh-lantakkan sejumlah besar
peninggalan sejarah di kawasan yang dikuasainya. Berita ini bukan isapan jempol
atau diedarkan dalam rangka memojokkan kelompok ini, karena memang sudah
terkonfirmasi lewat tayangan video yang disebarkan oleh kelompok ISIS itu
sendiri.
Video yang dimaksud
menampilkan anggota kelompok itu menghancurkan sebuah artefak kuno di kota
Mosul dengan menggunakan palu dan bor. Dalam keterangannya, ISIS menyebut
relief kuno itu sebagai berhala sehingga harus dihancurkan. Tak semua artefak
kuno itu dihancurkan. ISIS diyakini juga menjual sebagian artefak itu ke pasar
gelap untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk mendanai operasi mereka. Dalam
video berdurasi lima menit itu terlihat sekelompok anggota ISIS berada di dalam
gedung Museum Mosul. Mereka menggunakan palu dan bor untuk menghancurkan
beberapa patung kuno besar koleksi museum. Lalu adegan beralih ke situs
arkeologi yang tak jauh dari lokasi museum memperlihatkan sejumlah anggota ISIS
menghancurkan patung kerbau bersayap peninggalan budaya Assiria dari abad ke-7
sebelum masehi. Beberapa hari sebelumnya, ISIS juga menyerang dan membakar
Perpustakaan Mosul tempat penyimpanan sekitar 8.000 manuskript alias naskah
kuno.
Sebenarnya apakah
hanya karena alasan ditakutkan menjadi tempat musyrik, ISIS menghancurkan
tempat-tempat bersejarah itu. Ataukah ada alasan lain? Saya kutipkan pernyataan
seorang tokoh yang telah mendapatkan nobel perdamaian. Tokoh itu bernama Milan
Kundera seorang sastrawan Ceko. Beliau berkata “Langkah pertama untuk
memusnahkan sebuah bangsa cukup dengan menghapus memorinya. Hancurkan
buku-bukunya, kebudayannya, dan sejarahnya. Maka tak lama setelah itu, bangsa
tersebut akan mulai melupakan apa yang terjadi sekarang dan di masa lampau.
Dunia sekelilingnya bahkan akan melupakannya lebih cepat”. Sadar atau tidak,
apa yang dilakukan oleh ISIS, sudah mengarah kepada pemusnahan tentang sejarah
suatu bangsa. Mengapa ISIS berkepentingan dengan ini semua? Tentu bukan
keraguan lagi seperti penjelasan sebelumnya, mereka adalah organisasi yang
sangat rasialis. Apa yang mereka lakukan mirip dengan yang dilakukan zionis
dalam merubuhkan Masjidil Aqsa secara perlahan.
Coba juga anda bayangkan
jika ISIS sudah menguasai Indonesia. Maka peninggalan sejarah yang mahadahsyat
seperti candi Borobudur akan rata dengan tanah. Mengapa demikian, karena mereka
menganggap bahwa peninggalan seperti itu merupakan musrik terbesar yang harus
dilenyapkan (ini juga merupakan pendapat teman saya yang sekarang menjadi
wahabi tulen). Pastilah ini bukan sebuah kemustahilan karena pancasila saja
yang merupakan landasan Negara kita mereka akan thogut terbesar.
4. Waspadai
gerakan isis, teroris, dan radikalis
Apa yang dilakukan
oleh densus 88 baru-baru ini patut diacungi jempol. Penangkapan Basri di
Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar sebagai bagian
dari anggota Daeng Koro sang gembong teroris, adalah tindakan nyata aparat
Negara ini untuk melawan segala bentuk terror termasuk ISIS. Berbagai spanduk
penolakan isis telah dibentangkan di segala penjuru negeri ini. Tapi anehnya,
berbagai media takfiri malah cenderung mendukung gerakan isis. Bahkan mereka
menyebutnya sebagai mujahidin. Sungguh sesuatu yang ironis.
Jika kita tidak
berhati-hati maka apa yang terjadi di luar negeri untuk daerah yang dikuasai
ISIS, maka menurut Sidney Jones, Penasihat senior International Crisis Group
(ICG) di Indonesia ini bila sudah dihalalkan maka akan ada aksi bunuh-membunuh.
Akhirnya Indonesia kacau, terjadilah konflik sektrarian seperti di Libya, Suriah dan lain-lain yang tak ada
ujung berakhirnya. Kita umat Islam saat ini sudah aman, shalat aman tidak
diganggu, tidak ada bom meledak tiap hari, tidak ada bangunan hancur karena bom
tiap hari, kita aman pergi ke pasar tanpa takut tembakan, kita aman bersekolah,
kita aman mengaji, kita aman bertani, kita aman berdagang, kita aman naik
kendaraan, tidak ada bom mobil, kita aman bekerja di kantor, kita tidak
mengungsi akibat perang yang tidak berkesudahan.
Maka waspadailah
pihak-pihak yang berusaha mengimpor konflik sektarian Timur Tengah ke negeri Indonesia yang aman ini. Mengapa konflik sektarian dimunculkan? Siapa
yang memiliki kepentingan? Dr. Michael Brant, salah seorang mantan
tangan kanan direktur CIA, Bob Woodwards yang mengawali adanya kepentingan
Transnasional dalam menciptakan konflik Sunni-Syiah. Dalam sebuah buku berjudul
“A Plan to Devide and Destroy the Theology”, Michael mengungkapkan bahwa
CIA telah mengalokasikan dana sebesar
900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Hal ini
kemudian diperkuat oleh publikasi laporan RAND Corporation di tahun 2004,
dengan judul “US Strategy in The Muslim World After 9/11“. Laporan ini
dengan jelas dan eksplisit menganjurkan untuk terus mengekploitasi perbedaan
antara Ahlu Sunnah dan Syiah demi kepentingan AS di Timur Tengah.
Perlu diketahui,
bahwa keberadaan kaum Syiah bukan barang baru di Indonesia. Namun, seperti
layaknya secara umum, di Indonesia hampir tak pernah ditemui konflik sektarian
yang melibatkan antara Sunni-Syiah. Tetapi belakangan ini, mulai muncul konflik
sektarian Sunni-Syiah di Indonesia. Bila kita tarik apa yang dinyatakan
oleh Michael Brant tersebut ke ranah domestik, maka jelas ada kepentingan di
luar SARA yang turut berperan, bahkan mengambil porsi lebih besar dalam konflik
Sunni-Syiah di Indonesia.
Jadi sebenarnya ada
kepentingan transnasional Barat dibalik konflik sektarian. Kepentingan
tranasional Barat ini bersimbiosis dengan kekuatan kelompok Islam transnasional
yang kemudian banyak diidentikkan dengan gerakan Wahabisasi Global. Jadi mari
mewaspadai gerakan-gerakan radikal yang semakin subur saja di negeri ini. Gemar
menyesatkan, anti pluralitas, dan tentunya tidak mengakui pancasila sebagai landasan Negara dan ingin
manggantikannya dengan system tertentu, maka gerakan itu adalah gerakan radikal
dan teroris. Yang artinya harus kita cegah demi kedamian di Negara tercinta
ini.
Comments
Post a Comment